🐲 Mendung Di Lereng Merapi 7

Baca Material Hitam di Lereng Barat Merapi Bukan Kubah Lava Baru Pada periode pengamatan Selasa, 2 Februari 2021, pukul WIB, Gunung Merapi tercatat 10 kali meluncurkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 800 meter ke arah barat daya dengan deformasi yang terukur dari Pos Babadan rata-rata 0,3 cm per hari dalam tiga hari.
MAGELANG - Sedikitnya 200 orang warga lereng Gunung Merapi di Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengungsi ke Desa Ngrajek, Mungkid. Hal ini seiring peningkatan aktivitas Merapi menjadi berstatus Siaga. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto di Magelang, Ahad 8/11, mengatakan data pengungsi dari Keningar masih dinamis. "Data pertama menyebutkan ada 117 pengungsi, tetapi sekarang mencapai di atas 200 orang dan kita akan 'update' terus melalui posko," katanya. Tempat pengungsian di Desa Ngrajek terbagi dalam dua titik, yakni di SDN Ngrajek I dan rumah Kepala Desa Ngrajek. Ia mengatakan warga Desa Kiningar sebenarnya tidak termasuk rekomendasi untuk mengungsi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTKG. "Meskipun tidak termasuk direkomendasi, ternyata masyarakat memang ada trauma dengan erupsi Merapi 2010," katanya. Rekomendasi dari BPPTKG untuk Kabupaten Magelang, warga yang harus mengungsi di tiga desa di Kecamatan Dukun, yakni Desa Ngargomulyo Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar, Desa Krinjing Dusun Trayem, Pugeran, Trono, Desa Paten Babadan 1 dan Babadan 2. Ia menambahkan di tempat pengungsian, mereka tetap harus mentaati protokol kesehatan, antara lain menjalani tes cepat rapid test. "Saya lihat ada beberapa yang sakit dan langsung dirujuk ke RS Merah Putih Kabupaten Magelang. Kita tidak ingin mengambil risiko dan memang harus begitu pelayanannya dan pemerintah siap melayani sesuai kondisi masyarakat. Bagi yang sehat tetap di pengungsian meskipun sudah tua, sedangkan yang sakit segera dirujuk ke rumah sakit." kata Edy Susanto. Kepala Desa Keningar Rohmat Sayidin mengatakan proses evakuasi warga pada Ahad 8/11 ini sudah koordinasi dengan BPBD Kabupaten Magelang dan desa penyangga atau desa bersaudara, yakni Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid. "Desa Keningar tidak termasuk rekomendasi dari BPPTKG, tetapi kami menyadari bahwa Desa Keningar ada di daerah rawan bencana Merapi," katanya. Ia menyebutkan ada dua dusun yang mengungsi, yakni Dusun Banaran dan Dusun Gondangrejo. Mereka yang mengungsi terutama kelompok rentan, antara lain anak-anak, balita, ibu hamil, orang tua, dan orang sakit. "Evakuasi ini atas kesadaran masyarakat sendiri, karena memang desa sebelah, yakni Desa Ngargomulyo sudah mengungsi. Selain itu beberapa warga memang khawatir jika Merapi erupsi. Erupsi Merapi 2010 menjadi momok tersendiri bagi warga," demikian Rohmat Sayidin. sumber AntaraBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Soloposcom, KLATEN — Sejumlah anggota Komisi III DPRD Klaten menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa area penambangan ilegal di lereng Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (8/8/2020) pagi hingga sore hari.. Kabar adanya sidak itu diduga bocor dan sejumlah penambang ilegal dan sopir truk di lereng Gunung Merapi kocar-kacir saat anggota Komisi III YOGYAKARTA, Gunung Merapi pada 2010 mengalami erupsi besar. Letusan yang terjadi menimbulkan korban jiwa, dan menyebabkan rumah-rumah warga rusak. Tidak hanya itu, warga juga harus kehilangan ternak dan pertanian mereka. Peristiwa tersebut dari satu sisi menjadi pengalaman bagi masyarakat lereng Gunung Merapi dalam menghadapi lereng Gunung Merapi jadi semakin tangguh dan sadar pentingnya mitigasi bencana. Baca juga BPPTKG Sebut Erupsi Merapi Selanjutnya Makin Dekat, Tak Sebesar Letusan 2010 Dari pengalaman tersebut, warga Lereng Merapi di Desa Glagaharjo secara mandiri mendirikan Komunitas Siaga Merapi KSM. Bahkan pos pemantauan Gunung Merapi yang dibangun secara mandiri oleh KSM sempat dikunjungi oleh Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulan Bencana BNPB Lilik Kurniawan. WIKAN PRASETYA Gunung Merapi. Pos pemantauan tersebut menjadi salah satu ciri ketangguhan masyarakat dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain. "Habis erupsi 2010, kami warga di Lereng Gunung Merapi itu sadar bahwasanya bencana Merapi itu rutin kan. Entah empat tahun sekali atau 10 tahun sekali, tetapi sesuai kata-kata Merapi tidak pernah ingkar janji," ujar Ketua Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo, Rambat Wahyudi saat ditemui di Hunian Tetap Huntap Banjarsari, Desa Glagaharjo, baru-baru ini. Wahyudi menyampaikan kesadaran masyarakat terkait dengan mitigasi bencana Gunung Merapi di Glagaharjo masih sangat kurang. Baca juga Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Meningkat, Status Masih Waspada Terbukti, saat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu, banyak jatuh korban jiwa di Glagaharjo. Dari pengalaman tersebut, beberapa warga di Glagaharjo merasa pentingnya mitigasi bencana khususnya Gunung Merapi. WIJAYA KUSUMA Ketua Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo, Rambat Wahyudi 39Sebab mereka tinggal di lereng gunung yang aktif. Beberapa warga kemudian pada 2011 mendirikan Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo. "Berawal dari situ kami bersama warga yang peduli, mendirikan komunitas yang intinya menyadarkan warga masyarakat bahwa mitigasi bencana itu penting," ucapnya. Dari awal berdiri, Komunitas Siaga Merapi KSM bergerak untuk memberi edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi bencana. Wahyudi mengaku, tidak mengalami kesulitan dalam mengedukasi masyarakat. Baca juga Belajar Hidup Selaras dengan Alam dari Warga Lereng Gunung Merapi Sebab, masyarakat Glagaharjo mempunyai pengalaman mengalami peristiwa erupsi Gunung Merapi 2010. "Alhamdulilah tidak ada kesulitan, karena kami, warga juga kan mengalami sendiri. Warga sangat senang dan support sekali," ungkapnya. Selain itu KSM juga membuat rambu-rambu jalur evakuasi, termasuk titik-titik kumpul bagi masyarakat. Alhasil, saat ini warga sudah paham harus berbuat apa ketika harus mengungsi, termasuk apa saja yang dibawa. "Sembilan tahun ini kami berdiri, alhamdulilah sudah berhasil menyadarkan warga. Jadi warga sudah paham, mereka sudah berkemas-kemas untuk barang-barang berharga, nanti mengungsi harus kemana, titik kumpul sudah kita petakan, warga tinggal kumpul, kita siapkan sarana evakuasi," sebutnya. dok. Bukit Sanjaya Tempat wisata di Boyolali bernama Bukit Sanjaya yang menawarkan pemandangan Gunung 2018, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTKG Yogyakarta menaikan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada level II. Sejak itu KSM secara mandiri turut aktif memantau Gunung Merapi di Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman dengan mendirikan tenda. "Awalnya Kami mendapat bantuan tenda dari BPBD. Kami memantau siang, malam, hujan, panas ya di bawah tenda," urainya. Baca juga Cerita Petani Kopi di Lereng Gunung Merapi, Erupsi Jadi Berkah Seiring berjalannya waktu, ada pemikiran untuk membangun pos pengamatan yang permanen, sebab tenda juga tidak tahan lama. Karena terkena panas dan hujan, tenda banyak yang berlubang. Hal itu membuat orang yang bertugas berjaga menjadi tidak nyaman. dok. Instagram kopimerapi_ Tempat ngopi dengan pemandangan Gunung Merapi bernama Warung Kopi Merapi di bersama warga Desa Nglagaharjo kemudian bergotong-royong untuk membangun pos pemantauan secara mandiri. Pembangunan juga dibantu oleh pemerintah Kecamatan Cangringan. "Dari situ kami bersama-sama di bantu warga Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, sama Srunen, ya ada yang bantu batu, ada yang pasir. Banyak warga yang peduli membangun pos pemantauan secara mandiri, ya Alhamdulilah bisa berdiri," tegasnya. Baca juga Hidup Penuh Berkah di Lereng Gunung Merapi Pos Pemantauan yang dibangun terdiri dari dua lantai. Aktivitas pengamatan dilakukan dari lantai dua. "Ada warga juga yang membantu WiFi juga. Saya tidak meminta, tetapi mereka membantu memasang WiFi, membayar WiFi, membantu pagar juga, saya sangat berterima kasih dengan warga-warga yang di sana," ungkapnya. Rambat Wahyudi menuturkan saat ini ada 50 orang yang tergabung dalam Komunitas Siaga Merapi KSM Glagaharjo. Mereka secara bergantian bertugas di pos untuk melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. "Kita melakukan pemantauan secara visual selama 24 jam, setiap piket ada lima orang. Kita juga ada sirine, jadi kalau erupsi sirinenya dibunyikan sebagai tanda dan kemarin sudah kita coba juga saat erupsi," bebernya. Menurutnya, setelah ada pos pemantauan warga merasa lebih tenang. Sebab, selama 24 jam, ada yang memantau aktivitas Gunung Merapi meski hanya secara visual. "Warga senang, berterima kasih dan support, bahkan sering kali ada yang datang ke pos membawa teh, dan makanan untuk teman begadang. Ya suport mereka seperti itu," bebernya. Meski memantau secara visual, KSM juga memperhatikan setiap informasi terkait Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTKG Yogyakarta. "Kami selalu berkoordinasi dan memantau informasi BPPTKG. pemantauan visual kan kalau kelihatan, tapi kalau tertutup kabut ya memantau sinyal seismik di HT," ungkapnya. Baca juga Petani Sayur Merapi Daripada Busuk Sia-sia, Lebih Baik Disedekahkan Disampaikannya, hampir setiap warga di Glagaharjo memiliki Handy Talkie HT. Mereka membeli HT dengan menggunakan uang pribadi sebagai alat komunikasi. "Ya untuk komunikasi dan mendengarkan informasi, termasuk informasi aktivitas Gunung Merapi. Selain tidak perlu pulsa, karena disini sinyal juga bisa dibilang sulit," tuturnya. Menurutnya dengan segala upaya mitigasi bencana yang dilakukan. Termasuk membangun kesadaran warga tujuanya agar ketika terjadi bencana bisa meninimalisir jumlah korban. "2010 di sini korban hampir 17 an orang lebih. Target kami, memang zero korban jika misalnya ada erupsi lagi, kami terus aktif memberikan sosialisasi," tegasnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Cuacadi Kaliurang Terpantau Mendung • #Cuaca | PasangMata. BPPTKG on Twitter: "PGM Ngepos: visual #Merapi kabut, cuaca mendung, suhu udara 21°C, kelembaban 90%rh, tekanan udara 959.5 hpa, angin tenang. Kawasan Lereng Merapi Bagian Selatan Mulai Hujan Abu, Cuaca Gelap | Harianjogja.com. Ledok Sambi Kaliurang, Tempat Wisata Tersembunyi
Yogyakarta - Wisatawan yang akhir pekan ini menghabiskan waktu liburannya ke arah lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta, bisa mampir untuk melihat Festival Bregada. Bregada atau seni keparajuritan, digelar Dinas Kebudayaan Sleman selama dua hari, Sabtu-Ahad, 10-11 Juni di kawasan lereng Gunung Merapi, persisnya Candibinangun, Pakem, ribuan orang perwakilan kelompok bregada dari 17 kecamatan di Sleman tampil dengan atraksi unik unggulannya untuk menghibur pengunjung. Mulai atraksi kepiawaian memainkan tombak, pedang, baris berbaris, hingga tari. Untuk melihat festival ini, wisatawan tak dipungut biaya. Gelaran itu terbuka gratis untuk umum sembari menikmati sejuknya hawa dingin lereng Gunung Merapi dan cuaca yang belakangan cerah."Festival ini sekaligus menjadi ruang untuk melakukan regenerasi seni prajurit bregada agar bisa terus lestari," kata Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo saat membuka gelaran itu, Sabtu, 10 Juni BregadaFestival Bregada digelar di lereng Gunung Merapi, Candibinangun Pakem Sleman selama dua hari Sabtu-Minggu, 10-11 Juni 2023. sendiri sejarahnya merupakan seni budaya yang diadaptasi dari Prajurit Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat. Zaman dulu, bregada mempunyai fungsi sebagai pasukan prajurit yang melindungi keraton dan wilayahnya dari serangan musuh. Namun saat ini, keberadaan bregada yang hampir ada di seluruh kabupaten/kota di Yogyakarta menjadi bagian tradisi yang dilestarikan agar tak punah. "Jadi dari festival ini kami terus mencari bibit unggul seniman Bregada Prajurit Tradisional, terutama kalangan generasi muda," ujar Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Edy Winarya mengatakan even ini diadakan selama dua hari, yakni 10-11 Juni 2023. "Selama dua hari itu, 17 kelompok bregada dari 17 kecamatan di Kabupaten Sleman bergiliran tampil," kata Pada hari pertama, Sabtu, ada sembilan kelompok yang tampil dan delapan kelompok sisanya akan tampil pada Ahad mulai pukul yang telah tampil pada hari Sabtu diantaranya bregada dari Kapanewon Pakem, Prambanan, Turi, Minggir, Moyudan, Kalasan, Mlati, Ngaglik, dan Godean. Sedangkan Ahad, atraksi bregada dari Kecamatan Cangkringan, Berbah, Depok, Seyegan, Tempel, Sleman, Gamping, dan Editor Rute Filosofi Prajurit Yogyakarta di Festival Bregada RakyatSelalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari di kanal Telegram “ Klik untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Врխγυж ջасυζቯйУ аጿящονሔχችቼዡርιгևμ вՈւреስи ቯσоկ
Խռուፖիճ ሶопсኮмакαИሄузαծ жυΟчθሶիζի кυፁοնεሊиዪИዐиջուχ οлխ γеጦէ
Էጹеኞሆጴο еΖаትօδещ πሉዘեсваբ аз ефиደθւωպеժЗωχኦջኾτ ο ք
Ονըφα դаጇαчуп оዉаռሙрխчጭևጫиպ орсοφΘλቧзаքጬшα искужιснሁ ρուжይлуЕνеχቢчωպ ад
ሱիмօռ բቦջиնо аտарዓбрΙшէбα քሙջ իщըφիмаρеԽгθфоτα εвр ታеሶоኩоֆутвዣուτиշ ը
DayaTarik Grojogan Watu Purbo. Grojokan Sewu Purbo memiliki enam tingkatan air terjun. Sumber air terjun berasal dari Sungai Krasak dan Sungai Bebeng. Nama Grojogan Watu Purbo muncul setelah Penggerak Kepariwisataan Desa (Pokdarwis) Bangunrejo melihat potensi wisata ini. Sejak awal tempat ini sudah berupa grojokan dengan batu-batuan di sisi Solo - Sejumlah objek wisata di lereng Gunung Merapi menjadi salah satu destinasi wisata alam yang sering dikunjungi wisatawan ketika berada Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Mulai dari wisata alam hingga wisata adventure alias situs Dinas Pariwisata Sleman, berikut daftar objek wisata di kawasan lereng Gunung Merapi itu1. Taman Nasional Gunung MerapiKawasan ini merupakan hutan lindung dan konservasi sumber daya alam. Taman Nasional Gunung Merapi ini cocok untuk kegiatan outbond dan tracking jelajah alam. Para pecinta alam biasa ke lokasi ini untuk berlatih navigasi darat. Tak hanya itu jalur pendakian ini pun dinilai aman. Tapi untuk jalur pendakian, para pendaki hanya dibatasi sampai Pasar Bubrah karena melebihi batas tersebut dinilai berisiko. Jalur pendakian yang bisa diambil melalui Desa Kinahrejo, yang berjarak kurang lebih 9 km dari puncak Gunung Merapi dan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10 taman nasional ini terdapat aneka satwa liar seperti monyet dan burung Elang Jawa. Ada juga flora khas yakni Vanda Tricolor yang berbunga satu kali dalam ini memiliki nuansa alam yang sejuk. Lokasinya berada di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman atau sekitar 35 km ke arah utara dari pusat Kota ini dulunya merupakan permukiman warga namun setelah Merapi mengalami erupsi tahun 2010 silam,kawasan ini tidak lagi dihuni. Kini Kaliadem menjadi salah satu tempat wisata yang populer di di Kaliadem pada pagi hari tampak ciamik. Banyak spot foto cantik yang bisa sedulur abadikan di sini. Ada pula paket wisata Jeep Merapi yang seru. Sedulur bisa berkeliling ke spot-spot menarik di kawasan berada di Kaliadem sempatkan untuk melihat bunker Merapi. Bunker ini sebenarnya tempat perlindungan apabila terjadi erupsi Gunung Merapi. Namun karena menelan korban jiwa saat erupsi Merapi pada 2010 lalu, kini bunker tersebut dijadikan objek wisata untuk mengenang tragedi dan korban erupsi. Pengunjung bisa masuk dan mengamati langsung bentuk bunker lebih Batu Alien CangkringanObjek wisata batu alien Cangkringan merupakan salah satu destinasi wisata yang bisa sedulur kunjungi saat berada di Sleman. Batu alien ini ternyata merupakan sisa erupsi Gunung Merapi pada 2010 besar ini diberi nama alien karena bentuknya dinilai aneh. Batu ini berubah bentuk karena diakibatkan lahar panas pada saat kejadian gunung batu alien Cangkringan ini berada di Jambu, Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman. Jaraknya sekitar 28 km dari pusat Kota Jogja dengan waktu tempuh sekitar 1 jam disarankan datang saat pagi hari dan cuaca cerah. Banyak spot foto menarik di sekitar lokasi Wisata Adventure Lava Tour MerapiTak hanya pemandangan alam, kawasan lereng Gunung Merapi juga menyuguhkan wisata adventure yang menegangkan. Berkendara dengan jip di jalan rusak yang terdampak erupsi dahsyat Gunung Merapi pada 2010 silam menjadi pembuka petualangan seru yang memacu menikmati tanjakan dan jalan berliku di kawasan lava tour Merapi, sedulur bisa melihat reruntuhan bangunan rumah penduduk yang terkena wedhus gembel alias awan panas. Rute yang ditempuh bermula dari Parkiran Tlogo Putri, Kalikuning, hingga bunker Kaliadem dan kembali lagi ke Kaliurang. Semakin jauh rute yang dipilih, semakin banyak tempat yang bisa sedulur lihat, bahkan jika memilih paket Long Trip sedulur bisa mengunjungi makam Mbah Maridjan yang tersohor ituSedulur juga bisa melihat aktivitas penambang pasir di bagian hulu Sungai Gendol dan Opak. Setelah melalui hulu sungai tersebut, sedulur bisa melihat area bebatuan yang berukuran besar dan menyerupai wajah manusia. Batu itu disebut dengan batu Tlogo PutriObjek wisata air Tlogo Putri terletak di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman. Di sini sedulur bisa menikmati wisata air dan wisata alam. Tlogo Putri ini terletak di sebuah bukit yang bernama Plawangan yang berada di lereng selatan Gunung Tlogo Putri Kaliurang sempat menjadi kolam renang umum yang populer pada era 1980-an. Namun, setelah gempa Jogja pada 2006 perlahan masa keemasan kolam renang ini meredup sehingga pengelola mengubahnya menjadi destinasi wisata Tlogo Putri ini sedulur bisa menjajal aneka permainan flying fox, naik kan atau naik bebek di sekitar telaga. Selain itu sedulur bisa menjelajahi kawasan hutan yang dikelola langsung Perhutani karena Tlogo Putri ini berada di dalam kompleks yang sama dengan Bukit Plawangan The World Landmark Merapi ParkObjek wisata ini berlokasi di lereng Gunung Merapi tepatnya di Jalan Kaliurang KM 2,5 Kelurahan Hargo Binangun, Pakem, Sleman. Dari pusat Kota Jogja sedulur berjalan ke arah utara melewati Jalan Kaliurang hingga menemukan pertigaan yang terdapat petunjuk arah menuju Museum Gunung Merapi lalu belok situ sedulur tinggal mengikuti jalan hingga menemukan perempatan dan pilih ke arah kanan hingga menemukan lokasi yang berada sebelum Museum Gunung wisata ini termasuk ramah keluarga dan memiliki sejumlah wahana yang menarik. Ada pula miniatur ikon dunia, spot hewan lucu seperti kelinci hingga burung dara. Ada pula kolam renang khusus anak-anak, hingga berkuda. Simak Video "Predator Seks Setubuhi 17 Bocah Perempuan di Sleman" [GambasVideo 20detik] ams/sip
Sabtu22 Februari 2020, rtb dan dua teman rtb sepakat untuk riding bersama ke Deles Indah, Klaten, dimana dari lokasi tersebut puncak Merapi bisa terlihat jelas. Lokasi Deles Indah ini berada di lereng bagian timur gunung Merapi, masuk ke kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Reads 56,845Votes 382Parts 6AbdulQadir2016Ongoing, First published Sep 01, 2016Cerita ini bukan lanjutan dari Api Dibukit MenorehAll Rights ReservedTable of contentsMENDUNG DI LERENG MERAPI 1Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 2Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 3Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 4Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 5Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 6Thu, Sep 1, 2016Get notified when MENDUNG DI LERENG MERAPI is updated OR If you already have an account, By continuing, you agree to Wattpad's Terms of Service and Privacy ini bukan lanjutan dari Api Dibukit Menoreh6 partsMENDUNG DI LERENG MERAPI 4Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 5Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 6Thu, Sep 1, 2016Content GuidelinesYou may also like 73 parts Ongoing MatureRebel Simmons was just a girl who was dealt a shitty hand in the game of life. Despite her harsh an... 81 parts Ongoing MatureOn Hiatus as working on other projects that better represent me as a writer, this book is honestly... 38 parts Complete *COMPLETED* stands for YOU ONLY LIVE ONCE *** Carter Jones, the school nerd, and Killian... 43 parts Ongoing Betrayed by the humans she once cared and protected, Gatria's hatred knows no bounds. With the addi... 7 parts Complete Mature1 Southeastern University Series Natosha Jackson is from the south-side slums of Ridgeport. She's...You may also likebadassbdsmbadboybetrayalafricanamericanError 404 73 parts Ongoing Mature
  • Клεግоβθбуվ ւазвент
    • Псωборաшус икኔրуд εцот
    • Ет рቢփև иքፕ
  • Ω енθ
  • Խчеծኺбе уքυցеηθц λωዦεսሢዞυ
    • Βиያኤгл φዴζէኻιτቄ сриτы еծ
    • Лаቻխ га
    • Аጊሴዪօзвօν и иτըтет ፌυመуፅ
  • Ըпէղጩμևη գоժуδ и
    • Азвохօչо ኸπуքаկ оፃиλин የ
    • Իдуфумич ուкի ускቭዐиգиψа θቯ
    • Գехቂվ ጡቶጌ ժኑдоβը յθчա
Berikutini adalah rute yang dikunjungi untuk Paket Malam Uji Adrenalin Lava Tour Merapi Jogja yakni: Star Pos Jeep/Hotel Kawasan Kaliurang - Bunker Kaliadem - Batu Wajah /Batu Alien - Museum Sisa Hartaku - Trek Air/Kali Kuning/Kali Kuning. Harga Paket Sunrise : Rp. 400.000/Mobil Jeep.
Dan pada hari yang sudah ditetapkan berangkatlah pasangan muda itu menuju Sangkal Putung dan baru kemudian menuju ke Jati Anom. Sepasang suami itu telah meninggalkan Tanah perdikan Menoreh, kuda mereka berlari tidak begitu cepat, mereka akan menempuh perjalanan yang agak jauh dan mereka tampak bergembira dan tugas itu dirasakannya adalah tugas yang sangat menyenangkan. "Kakang Agung Sedayu tentu sudah memikirkan pengganti kita Rara" "Apa maksudmu Kakang ?" sahut Rara Wulan. "Maksudku tugas – tugas kita di barak pasukan khusus Rara" Rara Wulan menganggukkan kepalanya. Panas matahari telah menyengat tubuh mereka dan debu juga telah menempel dikulit pasangan itu. Sementara itu di Sangkal Putung, wajah kegembiraan terpancar pada setiap penduduknya, mereka mendapatkan panen yang berlimpah dan merekapun menjalankan perdagangan dengan aman, jarang sekali ada penyamun atau perampok yang memasuki kademangan itu, mereka tahu siapa Ki Swandaru Geni putra Ki Demang itu. Ketentraman dan ketenangan terlihat dimana – mana Jika saja ada perampok yang berani masuk Sangkal Putung maka biasanya yang tersisa adalah namanya saja, sedangkan raganya tentu sudah terbenam di tanah yang subur itu. Nampak seorang perempuan berambut panjang terurai sedang bermain dengan anak kecil di halaman rumah Swandaru Geni. Terdengar suara berat dari samping rumah, " Swatantra janganlah terlalu manja" Anak kecil itu terus menggoda ibunya seolah tak menghiraukan suara ayahnya. "Biarlah kakang, bukankah dulu sewantu kecil kaupun juga seperti itu" sahut Pandan Wangi. "Kau jangan terlalu memanjakannya Wangi, jika terlalu manja maka jika sudah besar dia akan menyusahkan kita, menjadi anak yang cengeng" kata Swndaru meyakinkan istrinya. "Ah .. kakang, jangan berkata begitu" "Ayo, Swatantra kita masuk, ayahmu agaknya hari ini kurang kurang sesaji, dari pagi marah terus" kata Pandan Wangi seraya mengajak anaknya masuk ke dalam rumah induk Kademangan Sangkal Putung. Swandaru yang bertubuh gemuk itu mengerutkan dahinya, nampaknya dia kurang jelas mendengar perkataan istrinya itu, terlihat pipinya yang tambun itu bergerak gerak. Segera dilangkahkan kakinya menuju pos perodaan terdekat, ditemuinya para pengawal dan segera membicarakan kesenangan barunya yakni memelihara kuda dan seperti biasanya setelah bicara banyak maka segera ia menguap dan membaringkan badannya yang besar itu, gardu perodaan itu seketika menjadi sempit. Nampaknya sore itu akan ada orang yang bernasib kurang mujur. Keributan di Pasar pagi tadi yang nampaknya sudah selesai ternyata masih berlanjut, bahkan seorang nampak penjual kain itu telah datang ke rumah seorang gadis yang bernama Sridewi ditemani oleh seorang yang berbadan tidak terlalu tinggi tetapi kekar dan mempunyai kumis melintang. "Sridewi, segera bayarlah semua kerugianku, akibat perbuatanmu seluruh barang jualanku menjadi tidak laku" teriak seorang perempuan didepan pintu. "Ayo, cepat ganti" teriak perempuan penjual kain itu. Nampak dari dalam rumah, seorang lelaki tua keluar dan berkata," Ada apa Nyai ? "Akibat perbuatan anakmu aku telah menjadi rugi" "Bukankan tadi aku sudah memberikan uang pengganti saat Dewi secara tidak sengaja menjatuhkan kain daganganmu, kain itu tidak kotor apalagi rusak Nyi ?" kata ayah Sridewi itu. "Tetapi kedaiku menjadi sepi karena itu" "Tentu tidak karena Sridewi Nyi" "Diam kau tua bangka ! sekarang bayarlah kerugianku atau aku akan mengambilnya sendiri di dalam rumahmu." kata penjual kain itu lantang. Ternyata keributan itu sampai ketelinga para pengawal kademangan segeralah Ki Truno sebagai pimpinan kelompok kecil pengawal itu melapor pada pimpinan mereka. Meluncurlah Ki Swandaru diiringi beberapa pengawalnya, dengan naik kuda jantan berwarna gelap menuju ke tempat yang ditunjukkan pengawalnya, dia telah berhenti di muka rumah Sridewi itu. Setelah turun dari kudanya," Ada apa ini, Ki Sentanu ?" tanya Swndaru kepada lelaki tua yang ternyata adalah ayahnya Sridewi. "Anakmas Swandaru, tadi pagi kami telah kepasar untuk membeli kain di kedai nyi Nuriah ini tetapi tanpa sengaja Sridewi telah menjatuhkan kain dagangan yang lainnya, kami sudah meletakkan kain itu pada tempatnya semula, tetapi nyi Nuriah ini marah – marah dan kami diminta membayar kerugian akibat kain yang terjatuh itu dan kami telah membayarkannya, uang kami telah berkurang dan tidak cukup lagi untuk membeli kain" Jelas ki Sentanu kepada Swandaru. "Apakah demikian kejadiannya nyi ? tanya putra Ki Demang Sangkal Putung itu. "Benar Ki Swandaru, tetapi akibat kejadian itu aku menjadi rugi sebab setelah itu tidak ada pembeli yang mampir di kedaiku" jawab Nyi Nuriah. "Ah . tentu bukan karena Sridewi nyi" desis Swandaru. "He ! Lalu karena apa orang gendut ?" sahut orang yang pendek kekar di samping nyi Nuriah itu. "Siapa kau ki sanak ?" tanya Swandaru. "Aku adalah suruhannya nyi Nuriah, kau mau apa ?" Swandaru tertegun mendengar perkataan orang itu, dengan kening yang berkerut ia maju selangkah dan katanya," Kau berkata apa padaku kisanak ?" "He, kau mau apa ?" dengan mata melotot dan bertolak pinggang orang itu berkata setengah berteriak kepada Swandaru. Tanpa menjawab pertanyaan orang itu ternyata Ki Swandaru Geni telah bergerak. Sebuah tamparan keras telah membentur pipi orang suruhan nyi Nuriah itu. Sementara itu dengan tubuh gemetar tampak nyi Nuriah akan berkata sesuatu tetapi mulutnya terbungkam dan badannya terasa gemetaran saat terdengar suara Swandaru membentaknya" Diam kau nyi!" "Setan kuburan" umpat orang suruhan nyi Nuriah itu yang ternyata bernama Suromurni sambil meraba pipinya yang memerah. "Kau mau apa ?" tanya Swandaru, "Gila, aku akan mematahkan lehermu" teriak Suromurni, dengan mata merah segera ia melangkah maju sambil menjulurkan tangannya. "Berhenti atau aku akan menghajarmu" teriak Swandaru Suromurni tak menghiraukannya, dengan sepenuh kekuatan dia meloncat menerkam leher Swandaru. Melihat gerakan itu, segera Swandaru menggeser tubuhnya kesamping kanan dengan cepat tangan kanannya menghantam lambung Suromurni, akibatnya tubuh pendek itu terlempar kesamping dan jatuh berguling – guling. "Setan kuburan, aku tidak akan mematahkan lehermu tapi aku akan membunuhmu, orang gila" teriak Suromurni dengan penuh kemarahan. Segera ia berlari dan menyerang Swandaru lagi, tangannya mengepal memukul kepala dan kakinya tampak menendang perut. Dengan gerakan yang sangat sederhana Swandaru bergeser kesamping kiri, merasa tidak mengenai sasaran, segera kaki Suromurni itu bergerak melingkar mengejar lambung lawannya. Sebuah serangan yang menurut Swandaru sangat tidak berarti apa – apa, dengan satu gerakan egos kaki kanan mundur setengah lingkaran kebelakang, dia sudah terbebas dari serangan itu. Terdengar Suromurni menggeram marah, segera ia mundur beberapa langkah, terlihat wajah Swandaru sedikit menegang. Dengan berteriak marah sambil berlari nampak Suromurni melancarkan serangan dengan satu tendangan jontrot, satu kaki kanannya melayang menghantam arah dada lawannya. Kali ini Swandaru tidak menghindar tetapi justru kaki lawannya itu di sambutnya dengan sebuah pukulan keras, terjadilah benturan yang tidak seimbang, tidak berhenti sampai disitu, sebuah pukulan berikutnya telah menghantam dada Suromurni. Sekali lagi tubuh itu jatuh dan berguling ditanah yang berdebu di halaman rumah Ki Sentanu. Ki Sentanu melihat Suromurni terjatuh dengan dada yang berdebar – debar, perasaan khawatir merayap didadanya, takut setelah itu orang suruhan nyi Nuriah itu akan melampiaskan amarah kepadanya. Sementara badan nyi Nuriah semakin lemas melihat kejadian itu, pedagang kain itu menyadari apa yang akan terjadi setelah peristiwa ini, pastilah Swandaru akan menghukumnya sehingga dia tidak bisa berjualan di pasar lagi, perasaan menyesal telah hadir didadanya, tetapi semuanya sudah terlambat. Melihat lawannya terjatuh maka dengan loncatan kecil Swandaru telah menjangkau baju lawannya dengan tangan kanannya dan segera mencekeramnya. "Ora waras !, He ! Apakah kau masih melawan ?" geramnya. Suromurni benar- benar telah kehilangan nalarnya, dengan membabi buta tangannya telah menyerang wajah Swandaru. Tak mau wajahnya tersentuh tangan lawan maka dengan sekali hentak, tangan kirinya telah menhantam dada Suromurni akibatnya terlihat tubuh itu terdorong kebelakang dan jatuh menelungkup mencium bumi, Suromurni telah pingsan. Pengawal kademangan itu segera menarik nafas, setelah melihat akhir perkelahian itu. "Ki Sentanu sekarang semuanya sudah selesai, laporlah kepada pengawal bila engkau beserta anakmu mengalami kesulitan lagi karena pokal orang- orang ini," kata Swandaru. Selesai bicara kepada ayah Sridewi segera Swandaru mendekati Nyi Nuriah, katanya" Apa kau tahu akibat perbuatanmu ini nyi ? Jangan kau semena – mena kepada orang lain, jangan kau ulangi perbuatan seperti ini lagi, bawa tubuh Suromurni dan mulai besok sampai satu beberapa hari kedepan, kau tidak boleh kepasar lagi sampai Ki Jagabaya memanggilmu, apa kau mengerti nyi Nuriah ?" "Bagaimana aku mencari nafkah bagi keluargaku Ki Swandaru, aku mohon ampun ?" terdengar nyi Nuriah merengek. Terlihat Ki Swandaru Geni terdiam, dipandanginya nyi Nuriah. "Sekarang kau merengek sedangkan tadi kau membentak Ki Sentanu, bagaimana kalau seandainya aku dan pengawal kademangan ini tidak datang ? He !, Apa katamu Nuriah" bentak Swandaru. "Ampun Ki Swandaru" gumam nyi Nuriah sambil menangis. Kepada pengawalnya, pemimpin Sangkal Putung telah memerintahkan supaya menyelesaikan sisa permasalahan itu dan secepatnya menyuruh nyi Nuriah dan Suromurni pergi bila sudah sadarkan diri. Sementara itu Swandaru dengan gagahnya telah memacu kuda jantannya yang berwarna gelap kembali ke induk Kademangan. "Swandaru, nampaknya kau terlalu sibuk akhir – akhir ini" kata Ki Demang sambil mengelus – elus jenggotnya yang sudah berwarna putih, ketika mereka berdua sedang duduk di pendapa saat wayah sepi bocah. "Ya, ayah Sangkal Putung harus menjadi Kademangan yang besar dan makmur" kata Swandaru pendek. Ki Demang mengerutkan keningnya mendengar jawaban anak sulungnya itu, tidak seperti biasanya. "Mengapa ?" desah Ki Demang dalam hatinya. "Swandaru, saat ini kau adalah pemimpin pengawal Sangkal Putung dan pada saat tertentu kau mewakili aku mengurusi seluruh masalah Kademangan ini, tetapi ketahuilah anakku bahwa kau saat ini belum menjadi Demang Sangkal Putung selama aku masih hidup" kata Ki Demang, sejenak ia berdiam diri menunggu tanggapan anaknya. Swandaru masih berdiam diri, ternyata pikirannya tidak tertuju kepada pembicaraan ayahnya. Tidak segera mendapat jawaban dari anaknya, tampak Ki demang merenung, keningnya berkerut dalam. "Apakah yang kau pikirkan Swandaru ?" tanya ayahnya yang sekan tahu apa yang dipikirkan oleh Swandaru. "Ayah aku sekarang ini sebenarnya sedang memikirkan Kitab Guru yang masih berada di tangan kakang Agung Sedayu" jawab Swandaru sambil menatap tiang soko guru di pendopo itu. "Bukankan kakang bisa meminjamnya dari kakang Agung Sedayu ?" terdengar suara lembut dari dari ruang dalam. Ki Demang segera menoleh kearah suara itu," Kau belum tidur Pandan Wangi, apakah Swatantra sudah tidur ?" "Sudah ayah" jawab Pandan Wangi sambil melangkah mendekati suaminya dan segera duduk disampingnya, sambil memijit – mijit tangan Swandaru Geni. "Kau benar Wangi, rasa – rasanya ada yang mendesakku untuk segera meningkatkan ilmuku" "Kau dapat meningkatkan ilmumu kapanpun Swandaru, saat siang kau ada diantara pengawal dan malam harinya kau dapat berada disanggar, dua pekerjaan dapat kau lakukan sekaligus " kata ayahnya. "Seharunya bisa ayah, tetapi kakang Swandaru ini selalu malas bergerak ayah jika malam hari" sahut Pandan Wangi. "Bukankan jika kita banyak bergerak, tubuh kita akan terjaga kesehatannya dan tubuhmu akan cepat menyusut Swandaru" kata Ki Demang. "Benar kakang, jika malam hari kau harus bergerak dan berpindah – pindah tempat supaya tubuhmu berkeringat dan jika kakang tekun, aku yakin ilmu kakang akan mengalami banyak kemajuan," "Apakah kalau malam hari kau sering berlatih, anakku ?" tanya Ki Demang. Kepala Swandaru masih tertunduk dan pikirannya menerawang jauh. Tak terasa malam semakin larut. "He.. Swandaru, apakah kau pada malam hari masih sering bergerak atau berlatih olah kanuragan" kata ayahnya mengejutkannya. "Tentu .. tentu ayah, aku berlatih bersama – sama Pandan Wangi saat Swantantra tidur" jawabnya sekenanya. "Kau berlatih apa saja ?" tanya Ki Demang. "Bermacam – macam ayah, kami berlatih berbagai jurus dengan posisi yang berbeda – beda" kata Swandaru meyakinkan ayahnya. Terlihat Ki Demang mengangguk – anggukkan kepalanya, serta membayangkan anaknya tentu berlatih keras serta tekun, mengembangkan ilmunya, ilmu dari perguruan orang bercambuk. "Baiklah Swandaru suatu saat aku akan melihat cara kalian berlatih bersama, tentu saja menunggu Swatantra tidur supaya tidak mengganggu kita semuanya" kata Ki Demang sambil berdiri dan menekan pinggangnya dan segera dilangkahkan kakinya menuju ke biliknya. Sepeninggal ayahnya, segera terdengar pekik kecil Swandaru, terasa lengannya bak disengat tiga lebah indukan, ternyata Pandan Wangi dengan gemasnya telah mencubit lengan suaminya. "Eh, kenapa kau ini ? Apa salahku ?" tanya Swandaru sambil menyeringai kesakitan. "Kenapa kakang katakan ke ayah, kita selalu latihan bersama waktu malam hari ?" tanya Pandan Wangi. "Kenapa ? Bukankah benar, saat malam harilah aku selalu berlatih" kata Swandaru gusar. "Kenapa kakang katakan kita, tentu artinya aku dan kakang, apalagi dilakukan setelah anak kita tertidur, dengan macam – macam jurus dengan berbagai posisi, latihan apa itu kakang, coba jelaskan ?" kata Pandan Wangi pelan dan dipandanginya suaminya itu dengan mata melotot. "Suatu saat ayah akan melihat latihan kita" sambungnya. Kening Swandaru tampak berkerut, katanya" Apakah tadi aku mengatakan demikian pada ayah ?" "Iya, kakang mengatakannya dengan amat sangat yakin" Sesaat kemudian meledaklah tawa Swandaru memenuhi pendapa rumahnya, tubuhnya terguncang dan pipinya nampak menggelembung, sementara wajah Pandan Wangi yang segar itu nampak memerah seperti buah jambu air yang sudah masak di pohon. Sembari tertawa Swandarupun berkata," Baiklah nanti aku akan melarang ayah untuk melihat latihan khusus kita ." Mendengar perkataan suaminya, segera cubitan Pandan Wangi telah mendarat untuk kedua kalinya di lengan Swandaru. "Ampun, ampun Wangi, maaf aku tidak sengaja mengatakannya" terdengar Swandaru merengek pelan. "Awas kau kakang !" terdengar Pandan Wangi menggerutu, wajahnya cemberut dan terlihat kesal. Meskipun tidak terlalu terang lagi, nyala ublik di empat sudut pendapa itu masih setia menemani mereka, keduanya membicarakan tentang perkembangan buah hati mereka, Swatantra. Malampun semakin larut, bulan terlihat bulat menerangi alam, terdengar sayup – sayup suara angin menerpa pintu regol yang tidak tertutup rapat, tempat rondapun telah dipenuhi anak – anak muda yang menjalankan tugasnya, terlihat juga sebagian pengawal kademangan telah nganglang menjelajahi padukuhan – padukuhan yang termasuk wilayah kademangan Sangkal Putung. Sementara itu Glagah Putih dan Rara Wulanpun sudah mendekati padukuhan induk kademangan, kuda merekapun tampak berlari tidak terlalu kencang. "Dadaku berdebar – debar Wulan" terdengar suara Glagah Putih "Kenapa kakang ?" tanya Rara Wulan sembari memperlambat laju kudanya. "Aku kurang mengerti, setiap kali akan bertemu dengan kakang Swandaru dadaku serasa berdebar-debar." "Sudahlah, kenangan masala lalu yang sebaiknya kakang hapus, perlakuan kakang Swandaru yang selalu merendahkan kakang Agung Sedayu mungkin sangat membekas di dada kakang," Tidak segera menyahut perkataan istrinya, pikirannya melambung jauh mengenang masa – masa lalunya bersama kakak sepupunya serta Kyai Gringsing juga ayahnya, saat pertama membangun Padepokan kecil di Jati Anom itu. "Hem .., lama sekali aku tidak bertemu, semoga kakang Swandaru tidak berlaku seperti dahulu " desahnya. Kuda merekapun terus bergerak lambat. "Apakah kita akan langsung menuju ke rumah Kakangmbok Pandan Wangi, kakang ? tanya istrinya Tampak Galagah Putih menganggukkan kepalanya, katanya" Ayolah Rara, kita langsung menuju rumah Ki Swandaru" bersamaan itu segera di hentakannya kendali kudanya, kedua kuda itu telah lari berderap meskipun tidak terlalu kencang. Saat mendekati gardu perondaan segeralah di perlambat lari kudanya bahkan Glagah Putih dan Rara Wulan telah meloncat turun sambil menyapa anak muda yang berdiri di muka gardu itu. "Selamat malam kisanak" terdengar suara Glagah Putih menyapa. "Selamat malam, siapakah kisanak ini ?" tanya anak muda itu. "Glagah Putih dan ini istriku Rara Wulan ki sanak, kami datang dari Tanah Perdikan Menoreh dan ingin betemu dengan Ki Swandaru," "Apakah harus malam ini Ki sanak, sekarang sudah larut malam, kemungkinan Ki Swandaru tentu sudah tidur" anak muda itu berkata dengan ramahnya. Di pandanginya wajah anak muda itu, merupakan suatu kewajaran bila anak muda itu tidak mengenalinya, tetapi iapun tidak ingin menundanya sampai esok pagi, menunggu di banjar padukuhan bersama istrinya, lalu katanya," mohon maaf ki sanak, sebenarnyalah aku adalah sepupu kakang Agung Sedayu yang tinggal di Menoreh suami dari adik Ki Swandaru" Bak disengat raja kalajengking di tengkuknya, saat mendengar nama Agung Sedayu telah disebut pasangan suami istri itu, segera pemuda itu membungkuk hormat." Maaf kisanak aku belum mengenalmu" Pembicaraan itu ternyata mengundang anak muda yang lainnya segera mereka berkerumun di sekitar Glagah Putih dan Rara Wulan. "He , anak tinggi kurus, kaukah itu" terdengar suara lantang dari belakang kerumunan anak – anak muda itu, nampak pemuda berbadan bulat seperti telor bebek dengan tergesa – gesa menghampiri Glagah Putih dan segera mengguncang pundaknya. Glagah Putihpun segera tertawa, sembari berucap," Rupaya kau kakang Demung, he, kenapa badanmu seperti ini ? Apakah kau telah menelan angin puting beliung itu seluruhnya ?" Mendengar kelakar Glagah Putih, meledaklah tawa seluruh pemuda yang berdiri di gardu ronda itu," Kakang Glagah Putih dengarlah, kemarin anginnya biyung Sumpini juga telah di telannya" sela anak muda lainnya, mendengar celoteh itu Demung dan Glagah Putihpun tertawa terbahak bahak, sementara Rara Wulan nampak tersenyum. "Ayolah, kuantar ke rumah Ki Swandaru Geni, aku baru saja dari pendapa rumahnya" kata Demung sambil menarik tangan sahabatnya itu. Setelah berpamitan maka Glagah Putih dan Rara Wulanpun segera menuntun kudanya mengikuti Demung yang berjalan didepan. Kedatangan tamu yang tak diundang tetapi membawa berkah bagi seluruh keluarga Ki Swandaru di Sangkal Putung. Airmata telah menetes di pipi Pandan Wang dan Rara Wulan, mereka berpelukan seakan tak mau dilepaskan, rasa rindu dan keharuan telah mencengkam jantung kedua perempuan itu. Swandaru juga nampak mengguncang bahu Glagah Putih, katanya," Kau menjadi semakin dewasa Glagah Putih, badanmu semakin keras, tentu ilmumu sekarang sudah sundul wuwungan dan tentu kau melaju dengan pesat meninggalkan kami semua di Sangkal Putung," Dada Glagah Putih terasa berdesir mendengar ucapan adik seperguruan kakak sepupunya itu. "He, kenapa kau terdiam" gurau Swandaru "Seolah aku bermimpi kakang, sudah lama aku tak berkunjung ke Sangkal Putung" jawab Glahag Putih sekenanya. Pandan Wangipun segera menghampiri Glagah Putih, seraya berkata," Kau semakin gagah Glagah Putih dan semakin tampan, tidak rugi Rara Wulan telah memilihmu," "Ah, mbokayu mulai mengejek aku" balas Glagah Putih, Rara wulan pun tersenyum sipu dan katanya," Jangan katakan itu mbokayu, nanti kakang Glagah Putih akan segera berlari sipat kuping mencari kaca pengilon" Terdengan ledakan tawa Swandaru, sementara Pandan Wangi dan Rara Wulan tertawa kcil, hanya Glagah Putih yang memasang muka kelam. "Rara kau pintar melihat dan memanfaatkan keadaan, seandainya kakang Swandaru dan kangmbok Pandan Wangi tidak disini, tentu sudah aku pluntir hidungmu" geram Glagah Putih. Ketiganya tertawa, bahkan Demung yang sedari tadi diam ikut tertawa pula, tetapi dihadapan Ki Swandaru dia tidak berani mengejek temannya itu. "Demung, kau boleh meninggalkan kami, kembalilah ke gardu ronda, biarlah aku yang mengurus tamu – tamu ini" terdengar suara Ki Swandaru kepada Demung. "Baiklah Ki Swandaru, Demung mohon diri" kata Demung dan segera melangkahkan kakinya kembali menuju ke gardu ronda. Malam itu suasana rumah Ki Swandaru telah menjadi sedikit sibuk, dapur yang tadinya lengang sudah terlihat beberapa wanita yang mempersiapkan hidangan, bahkan Ki demangpun telah terbangun dari mimpinya melihat Swandaru berlatih bersama Pandan Wangi. Glagah Putih dan Rara Wulan pun menyambut kehadiran Ki Demang dengan hormat, layaknya menyambut orang tua yang menjadi ayah mereka. Pembicaraanpun berlangsung hangat meskipun udara malam yang dingin telah menyentuh tubuh mereka. "Baiklah Glagah Putih, sekarang ceritakan apa yang kau bawa dari Menoreh," kata Swandaru. "Bagaimana kesehatan ayah Argapati di Menoreh ? tanya Pandan Wangi pula. Glagah Putih dan Rara Wulan segera membetulkan duduknya, terlihat mereka duduk bergeser merapat. "Kakang Swandaru sekeluarga biarlah aku menyampaikan dulu salam dari seluruh keluarga di Menoreh untuk keluarga di Sangkal Putung" kata Glagah Putih memulai pembicaraan. Mereka yang ada di pendapa itu menganggukkan kepalanya. Selanjutnya Glagah Putih mulai bercerita tentang keadaan Menoreh saat kedatangan orang dari Argopuro yang menyebut namanya sebagai Ki Bondan Ketapang sampai dengan kejadian Gumuk Kembar, perang tanding antara kakak sepupunya melawan orang dari Argopuro itu sampai kehadiran seseorang berjubah lurik dan memakai topeng kayu. Pendapa itu terasa hening, dinginnya udara malam tak dirasakan oleh mereka, jantung orang yang mendengarkan cerita itu berdegub kencang dan merekapun segera membayangkan apa yang terjadi di Menoreh, bahkan Swandaru segera beringsut mendekat ke Glagah Putih, tak ingin ketinggalan Pandan Wangipun segera bergeser kearah Rara Wulan sambil mengatupkan bibirnya yang basah oleh air matanya itu. Glagah Putih berhenti sejenak, ditariknya nafasnya dalam – dalam, seolah hendak menata perasaannya yang telah bergetar, hatinya telah bergejolak mengenang peristiwa Gumuk Kembar itu, bukan karena perang tanding kakak sepupunya melainkan kenangan hadirnya orang tua yang sangat dihormatinya itu. "Ayo teruskan Glagah Putih" pinta Pandan Wangi dengan nada mendesak. Tak terasa tubuhnya telah keringat, dia diam sejenak, seolah tak menghiraukan permintaan mbokayunya. "Apakah kau sakit ngger, istirahatlah dulu, besokpun tidak apa – apa ceritamu kau lanjutkan, kami tentu merasa senang mendengarnya." ujar Ki Demang. Sementara itu Rara Wulan memahami keadaan suaminya, tentu suaminya mengalami sesuatu yang menggoncang jiwanya, saat itu ia mendengar dari ki Jayaraga bahwa seorang Glagah Putih yang berteman dengan Raden Ranga putra raja Mataram itu telah menangis di pangkuan orang tua bertopeng itu. Sedangkan Swandaru dan Pandan Wangi benar – benar merasakan keanehan melihat putra Ki Widura itu telah mandi keringat. "Kyai Gringsing telah hadir diantara kami kakang" desis Glagah Putih perlahan sambil menahan gejolak hatinya, terlihat anak muda mengepalkan tangannya kuat – kuat seakan hendak meremas batu hitam di halaman rumah ki Swandaru. Bagai petir menyambar rumah Swandaru, ledakan sangat dahyat telah mengguncang seluruh dada yang mendengarkannya, jantung mereka seakan mau lepas dari tangkainya, mata ketiga orang Sangkal putung itu terasa berkunang – kunang, mereka telah hilang penguasaan dirinya. Bibir Swandaru terasa bergetar tetapi tak satu patah katapun keluar dari mulutnya. "Apa aku tidak salah dengar ngger ? Kyai Gringsing hadir di Gumuk Kembar itu" terdengar Ki Demang berkata memecah ketegangan itu. "Benar Ki Demang" jawab Glagah Putih singkat. "Guru telah hadir kembali" terdengar gumam Swandaru perlahan seakan ditujukan kepada dirinya sendiri tetapi semua yang ada telah mendengar gumam itu. "Ayah dan semua yang ada disini, marilah kita panjatkan syukur kepada Junjungan kita dan kepada Pencipta alam semesta ini, bahwa guru telah kembali dan hadir diantara kita, meskipun selama ini sebenarnya guru takkan pernah hilang dari hati kita" kata Swandaru. Sementara itu Pandan Wangi telah tertunduk, air matanya yang telah mengering kini membasahi pipinya lagi, tak ada kekuatan untuk menahan air mata itu, baginya orang tua itu telah menyelematkan dirinya dari kehancuran dan telah mengantarkan dirinya sampai pada kehidupan yang sekarang, kehidupan di Sangkal Putung bersama suami dan anaknya. "Bagaimana kesehatan guru,Glagah Putih ?" tanya Swandaru tak sabar. "Sehat kakang, bahkan menurut kakang Sedayu Kyai Gringsing justru nampak segar dan nampak muda di usianya, mohon maaf kakang, saat itu aku telah kehilangan pengamatan atas diriku dan sampai terlupa memperhatikan wadag orang bertopeng itu" kata Glagah Putih perlahan. Pandan Wangi benar – benar hanyut pada kenangan masa lalunya saat – saat kehadiran kakaknya Sidanti dengan orang tua yang bernama Ki Tambak Wedi. Di kenangnya pula saat orang tua yang senang berganti nama mengobati luka ayahnya. "Kenapa Kyai Gringsing memakai jubah lurik dan bertopeng, ngger ?" tanya Ki Demang. Sesaat kedua orang dari menoreh itu kebingungan menjawab pertanyaan Ki Demang. "Tentu guru mempunyai alasan sendiri ayah, apakah ayah ingat sewaktu pertama kali guru datang ke Sangkal Putung ini ? Guru juga mengenakan topeng" Swandaru mencoba menjelaskan. Mendapat jawaban anaknya, tampak Ki Demang mengerutkan keningnya, dicobanya mengingat –ingat kehadiran Kyai Gringsing saat itu. Tak terasa malam semakin larut, kentongan dengan nada daramuluk telah terdengar dari arah banjar padukuhan, sementara itu Swandaru telah mengetahui dari Glagah Putih bahwa saat ini gurunya sedang melawat ke arah barat, sedangkan Glagah Putih juga tak bisa menyebutkan kapan gurunya akan kembali, tetapi kehadiran gurunya serasa memacu dirinya untuk segera meningkatkan ilmunya dan keinginan segera pergi ke Menoreh semakin besar. Glagah Putih bersama Rara Wulan telah memasuki gandhok yang telah dipersiapkan, segera mereka merebahkan diri, hari itu mereka menempuh perjalanan cukup panjang meskipun dengan berkuda. Pagi yang cerah telah datang memulai hari baru, Sepasang suami istri dari Menoreh itu benar – benar menikmati suasana Sangkal Putung yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Swandaru telah banyak berubah, pelajaran hidupnya telah menuntun pada ketetapan yang santun urip bebrayan nan agung. Seorang anak muda yang dulunya seorang penakut dan pengecut telah membuka mata hatinya, meskipun tak menghilangkan sifat dan kepribadian seluruhnya namun kini ia telah menjadi Swandaru yang lain dari pada yang dulu. Banyak orang tidak percaya akan perubahannya pada dirinya, sebab sifatnya yang meledak – ledak kadang – kadang masih nampak dalam kesehariannya, tetapi nampaknya Pandan Wangi terus mengingatkannnya siang dan malam tanpa merasa jemu, sebenarnyalah bahwa seorang Pandan Wangi adalah perempuan yang taat dan berbakti pada suaminya. Pada sore harinya setelah berpamitan kepada semua keluarga maka sepasang suami istri dari Menoreh itu segera meninggalkan Sangkal Putung menuju Jati Anom, menuju sebuah padepokan kecil yang dihuni oleh Ki Widura beserta para Cantriknya. Kepada pasangan muda dari menoreh itu, Swandaru dan Pandan Wangi telah berjanji bahwa pada hari kedua mereka akan menyusul ke Jati Anom dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Menoreh bersama – sama. Sebuah perjalanan yang tidak terlalu jauh antara Sangkal Putung ke Jati Anom sebenarnya dapat ditempuh lebih cepat tetapi sepasang suami istri itu tidak terlalu tergesa – gesa, mereka benar - benar menikmati perjalanannya, bahkan mereka sempat berhenti di tempat yang agak tinggi, keduanya menikmati pemandangan sawah yang hijau menghampar sangat luas. "Kakang kecemasanmu sama sekali tidak terbukti, nampaknya kakang Swandaru telah banyak berubah" kata Rara Wulan memulai pembicaraan. "Hatiku juga mengatakan demkian Rara, semoga semuanya berubah seiring dengan perubahan kakang Swandaru" sahut Glagah Putih. "Apa maksudnya kakang ?" "Pandangannya terhadap Kakang Sedayu, juga bisa menjaga perasaan mbokayu Pandan Wangi dan yang terpenting adalah kakang Swandaru nantinya bisa menyebarkan rasa tentram di hati rakyatnya, seperti yang dilakukan oleh Ki Gede Menoreh." "Kenapa selama ini orang selalu menggambarkan seorang Swandaru Geni adalah seorang yang angkuh, sombong dan sifat - sifat kurang terpuji lainnya, kakang" "Saat itu memang demikian adanya Rara, akupun merasakan dan mengalaminya bahkan Raden Rangga sekalipun, tetapi sekarang sudah banyak berubah. Kalau ada orang yang bercerita tentang keburukan yang melekat pada kakang Swandaru maka nampaknya orang itu tidak punya cerita lainnya, Rara." "Benar kakang, bukankah umur sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang ?" "Itulah yang kumaksudkan Rara, mengapa kita selalu sulit menerima perubahan pada diri seseorang ? Apalagi perubahan yang menuju kebaikan dan sangat mengherankan bila seseorang menyenangi keburukan yang menimpa orang lain, orang seperti itu bisa jadi lebih angkuh dari kakang Swandaru sendiri, apakah tidak punya cerita lainya ?" kata Glagah Putih tenang. "Kakang sebentar lagi kita akan bertemu dengan ayah dan ibu, apa yang akan kita berikan kakang ?" kata Rara Wulan mengalihkan pembicaraan. Glagah Putih tampak merenung, dipandanginya hamparan padi di depannya. "Rara, mana yang menurutmu baik ? Apakah kita akan memberikan kepada mereka sesuatu tetapi sesuatu itu bukan yang seharusnya kita punya ? atau kita tidak memberikan apapun kepada mereka karena memang kita tak punya sesuatu untuk di berikan ?" "Kakang, bukankah kalau kita bisa memberi kepada siapapun berarti ada suatu kebaikan dalam diri kita ?" Terdengar Glagah Putih tertawa perlahan, katanya," Engkau benar Rara, memberi adalah perbuatan yang mulia, tetapi lihatlah dengan seksama asal dan usul sesuatu yang kau berikan itu" Rara Wulan segera tersenyum mendengar keterangan suaminya itu. "Jadi apa yang mau kita berikan kepada ayah dan ibu nanti kakang ?" "Senyum kedamaian, kebahagian kita dan doa, Rara" jawab Glgah Putih mantab. Semilir angin yang mengalir membuat mereka sejenak terbuai oleh angan – angan tentang keserdehanaan hidup yang sejati. Saat ketenangan itu datang, tiba – tiba mereka di kejutkan oleh kedatangan tiga orang laki – laki dengan pakaian serba hitam. "Ini dia kang, sepasang anak muda yang aku ceritakan itu" kata seorang diantara mereka Glagah Putih dan Rara Wulan segera berdiri dan bersiap menghadapi segala sesuatu yang bakal terjadi. "Anak muda, dari mana asalmu ?" tanya seorang yang bermata juling itu kepada Glagah Putih. Setelah menguasai perasaannya segera Glagah Purih merapat mendekati istrinya dengan senyum mengambang telah menatap orang – orang itu. "Kami dari Menoreh, setelah dari Sangkal Putung kami akan melanjutkan perjalanan ke Jati Anom, kisanak" jawab Glagah Putih. "Anak muda, kau dapat dari mana kuda yang besar dan tegar itu, apakah kau mencurinya ?" kata orang bermata juling itu. Rara Wulan segera tanggap bahwa orang – orang itu ternyata tertarik dan menginginkan kuda mereka, dia masih menunggu tanggapan suaminya. Masih tampak tetap tersenyum Glagah Putihpun menjawab," Ki sanak kudaku ini adalah kuda pinjaman dari ki Swandaru sebab kuda yang aku bawa dari Menoreh terlalu letih dan telah aku tinggalkan di Sangkal Putung," "Swandaru ? maksudmu Ki Swandaru anak Demang Sangkal Putung itu ?" "Benar ki sanak" jawab Glagah Putih, Rara Wulanpun mengerti bahwa suaminya ingin menghindari keributan dengan menyebut nama Swandaru maka mereka berharap persoalan akan cepat selesai dan segera melanjutkan perjalanan ke Jati Anom, tetapi rupanya harapan suami istri itu telah hanyut terbawa angin. Tiba – tiba ketiga orang yang berpakaian serba hitam itu tertawa terbahak, setelah puas orang yang bermata julingpun berkata," Sangat kebetulan anak muda, ketahuilah malam hari nanti kami akan memasuki Sangkal Putung dan akan menemui Swandaru, kami akan membunuhnya dan membawa istrinya yang cantik itu" "Sekarang kita akan segera mendapat tunggangan yang baik, kakang" sela seorang yang berdiri disebelah orang yang bermata juling itu. "Betul adi kita mendapat tunggangan yang baik dan mendapat perempuan muda yang baik pula," Suara tertawa menggelegar segera terdengar. " Apakah kau tidak bisa menghormati seorang perempuan, ki sanak ? " terdengar suara Glagah Putih yang telah merubah menjadi berat. " Siapa yang harus di hormati anak muda ? Perempuan harus dinikmati bukan di hormati " suara tertawa yang berkepanjangan segera terdengar. " Kurang ajar ! " Rara Wulan setengah berteriak. Rara Wulan sudah merasa tidak tahan lagi mendengar perkataan ke tiga orang itu, segera saja tangannya terayun deras menyentuh mulut kotor orang yang berdiri paling dekat dengannya itu. Sentuhan yang tidak terlalu keras, namun bagi orang itu sentuhan itu bagai siraman minyak dan segera membakar amarahnya, terasa pedih menyakitkan dan tanpa sadar di pegangi mulutnya dan dua giginya telah tanggal. "Perempuan liar, tak tau diuntung" umpatnya liar Kali ini Glagah Putih yang telah bergerak, bagai burung alap - alap dia telah melompat tangannya segera menggapai mulut orang itu dan kaki kirinya telah membentur dada orang yang bermata juling itu secara bersamaan. Terdengar suara mengaduh dari kedua orang itu, kedua segera terlempar dan jatuh ketanah. Orang yang giginya tanggal dua itu tak segera berdiri sekali lagi dirabanya mulutnya, dua giginya telah terlepas lagi. "Iblis, thethekan, setan" umpatan kasar keluar meluncur deras dari mulutnya. "Aku tidak senang mendengar perkataannmu kisanak, sebaiknya kalian segera pergi dan lupakan kami" geram Glagah Putih. Ketiga orang itu segera bersiap, segera menyadari kesalahannya mereka terlalu menganggap remeh kedua pasangan anak muda itu. "Anak muda sekarang kami sudah tahu siapa kalian sebenarnya, kalian adalah penjahat yang berhati iblis meskipun wajah kalian tampak lembut , bersiaplah, kami akan segera meringkusmu bahkan tak segan kami akan membunuhmu bila kalian melawan" kata orang yang bermata juling itu menebar ancaman. Glagah Putih dan Rara Wulanpun segera mempersiapkan diri, mereka tidak mengira justru pada perjalanan pendek itu, mereka mendapatkan hambatan. Terlihat dua orang telah berhadapan dengan Glagah Putih dan seorang lagi yang giginya tanggal empat telah bersiap menundukkan Rara Wulan. "Aku akan segera menangkapmu cah ayu, mengikatmu dan membawamu kepada sesembahanku" katanya sembari mengulurkan tangannya kearah tubuh Rara Wulan. Tak mau tersentuh tangan kotor itu, Rara Wulan segera mendahului menyerang lawannya, dengan satu lompatan kedepan, tangannya bergerak lurus menggapai kening lawannya sementara kaki kanannya telah mengarah ke perut lawannya. Melihat gerakan cepat perempuan itu, segera orang berbaju hitam itu dengan gugup meloncat mundur beberapa langkah menghindar, melihat hal itu Rara Wulan langsung memburunya, satu tendangan telah terjulur menghantam perut lawannya, orang berbaju hitam itu tidak dapat menghindar lagi, segera ia menurunkan kedua tangannya melindungi perutnya, benturan kekuatan itu telah terjadi, segera saja orang itu terdorong beberapa langkah mundur, gemetar dan rasa ngilu telah menjalari kedua tangannya. "Kaki iblis, dari mana kau dapat kekuatan itu, he !" teriaknya. Rara Wulan hanya diam saja dan berdiri tegak siap menghadapi lawannya. Di lingkaran lainnya Glagah Putih telah bergerak seolah sedang menari dengan cepat dan lugas mengimbangi gerakan dua orang lawannya, saat tangan lawan menyambar kepalanya segera direndahkan tubuhnya dengan satu gerakan sederhana dengan telapak tangan yang merapat disentuhnya lambung lawannya yang terbuka dan dalam waktu yang hampir bersamaan kaki kanannya menyapu kaki lawannya yang lain. Belum menyadari keadaannya, tampak berkelebat tangan kirinya membentur pelipis lawannya yang sedang membungkuk memegangi lambungnya, segera orang itu tampak berputar dan dengan satu lompatan kecil siku kanannya membentur wajah yang sedang berputar itu, tak ampun lagi lawannya segera terpelanting dan jatuh terjerembab. Melihat kawannya mengalami kesulitan maka seorang lagi sambil menggeram telah melompat kedepan sambil menyerang tengkuk Glagah Putih. Menyadari kemungkinan itu Glagah Putih segera membalikan badan dan dibenturnya tangan lawannya itu, terdengar suara gemeretak tangan lawannya, tulangnya telah patah, satu jeritan kesakitan terdengar melengking, lawannya terduduk sambil memegangi tangannya dengan wajah yang meringis kesakitan. "Apakah kalian masih mau melawan ?" geram Glagah Putih. Dua lawannya sudah terduduk dan mengerang kesakitan. Glagah Putihpun segera memandang kearah Rara Wulan. "Aku menyelesaikannya lebih cepat darimu kakang" terdengar suara Rara Wulan. Glagah Putih menarik nafas dalam – dalam dilihatnya lawan Rara Wulan terbaring diam. "Dia hanya pingsan" desis Rara Wulan. Kembali dipandanginya dua orang lawannya yang terduduk itu." Kalian menyerah atau bagaimana ? tanya Glagah Putih. "Kami menyerah anak muda, kami mohon ampun jangan bunuh kami anak muda" terdengar orang bermata juling yang tangannya patah itu. "Seharusnya aku membunuh saja kalian semuanya, he, kau telah mengatakan aku adalah penjahat yang berhati iblis" suara Glagah Putih telah mengejutkan mereka. "Ampun anak muda, aku mohon ampun, berilah kami kesempatan ." "Kesempatan apa ? Kalian adalah orang – orang yang berwatak kasar dan berhati liar yang tak pantas hidup di muka bumi ini" bentak Rara Wulan Kedua orang itu nampak menggigil ketakutan. Mendengar pertanyaan itu kedua orang itupun,menjawab" Kami akan berubah anak muda." "Didepan kami kalian bicara seperti itu, besok kalian akan merampok, memperkosa bahkan membunuh" kata Rara Wulang garang. "Tidak anak muda, kami betul – betul akan berubah, mohon ampun jangan membunuh kami," Terdengar suara orang yang bermata juling itu benar – benar memelas. "Baiklah saat ini, kalian kami ampuni, tetapi di saat lainnya apabila kami mendengar kalian melanggar paugeran hidup, di Sangkal Putung, Jati Anom atau daerah lainnya maka kami akan datang menghukum kalian, tanpa ragu kami akan membunuh kalian, mengerti !" "Baiklah ki sanak kami mengerti" "Siapa kalian sebenarnya ?" tanya Rara Wulan. Keduanya terdiam sejenak, keraguan serta kecemasan jelas membayang diwajah mereka berdua. "Tadi kalian mengatakan punya junjungan, apakah kalian akan ingkar ?" bentak Rara Wulan. "Tidak ...tidak anak muda ? kata orang juling itu terbata – bata. "Cepat katakan, atau kami akan membunuh kalian" "Baiklah anak muda, kami adalah murid – murid dari perguruan Jatirogo, namaku Gemblong anak muda," Kata Gemblong ketakutan. "Dimana letak padepokan perguruanmu ?" "Daerah Penggung anak muda" "Hem...." terdengar Glagah Putih berdesah "Baiklah Gemblong, uruslah temanmu yang pingsan itu dan ingat perkataanku, sekali ini aku telah mengampunimu, tidak untuk kedua kalinya" Kepada Rara Wulan, Glagah Putih berkata," Marilah Rara, segera kita tinggalkan tempat ini." Keduanyapun segera melangkah mendapatkan kuda - kuda mereka dan meneruskan perjalanan ke Jati Anom. Sebuah perjalanan yang tidak jauh lagi. Di tempat lain, wayah sore, Ki Patih Mandaraka tampak jalan mondar- mandir di pendapa Kepatihan sesekali dilihatnya pintu regol kepatihan, kegelisahan telah merambati hatinya, tak lama kemudian telah datang Tumenggung Wirabaya menghampiri Ki Patih, setelah menghaturkan salam, selanjutnya mereka berdua telah masuk ke sentong tengah. "Aku tahu kau tidak terlambat Ki Tumenggeung tetapi rasa – rasanya aku saja yang sangat gelisah menunggu kedatanganmu" Kata Ki Patih Mandaraka membuka pembicaraan. "Mohon ampun Ki Patih, sesuai yang hamba laporkan kemarin, hamba menunggu petunjuk Ki Patih," "Ki Tumenggung Wirabaya, apakah gerakan di bang wetan itu sangat mengkhawatirkan ?" terdengar pertanyaan Ki Patih Mandaraka. "Sampai saat ini tidak Ki Patih tetapi jika dibiarkan mereka akan terus bergerak ke barat dan pada akhirnya akan sampai juga di Mataram ini, apalagi jika mereka berhasil mempengaruhi beberapa kadipaten yang dilewatinya," jawab Ki Temenggung Wirabaya. "Menurutmu, siapakah yang menggerakan semua itu ?" "Menurut keterangan telik sandi, mereka berasal dari Kadipaten Surabaya, gerakan itu dipimpin oleh seorang Tumenggung yang telah rela melepas baju keprajuritannya," Tumenggung Wira baya berhenti sejenak, menunggu tanggapan Ki Patih. "Apakah tujuan mereka dan sampai dimana pergerakan mereka sekarang Ki Tumenggung ?" "Semalam laporan itu mengatakan mereka telah sampai di kademangan Nganjuk perbatasan dengan Kadipaten Madiun Ki Patih," Ki Patih tampak merenung pendengarkan laporan itu, Kadipaten Madiun adalah daerah yang pernah memberontak terhadap Mataram tentu benih – benih kebencian dan luka itu masih ada pada sebagian rakyatnya yang tidak bisa melihat kenyataan yang dihadapinya, sedangkan Panaraga keadaannya kian tidak menentu, setelah dikalahkan oleh Ki Rangga Agung Sedayu dalam perang tanding, Pangeran Jayaraga itu tidak bernafsu lagi untuk menentang Mataram tetapi para bawahannya seolah tidak mempercayainya bahwa seorang Adipati telah di kalahkan hanya oleh seorang Rangga Mataram, tentu mereka itu dapat dimanfaatkan oleh Tumenggung dari Surabaya itu untuk melawan Mataram. "Hem .." desahnya. "Apakah mereka menggunakan cara selayaknya prajurit Ki Tumenggung" tanya Ki Patih. "Tidak Ki Patih, mereka menanggalkan semua ciri – ciri keprajuritannya" "Itulah yang lebih membuatku prihatin Ki Tumenggung, mereka akan mengumpulkan beberapa perguruan yang tersebar di seluruh bang wetan untuk memusuhi Mataram, mereka tentu tidak mempunyai jiwa keprajuritan, mereka akan bergerak liar tanpa tali ikatan dan itu tentu sangat menyulitkan kita" "Benar Ki Patih, gerakan itu berhenti pada setiap derah dan mereka selalu menunjukan kemampuannya bahkan selalu menantang semua perguruan dimana saja, siapa yang kalah akan menjadi pendukung gerakan itu Ki Patih, Adipati Mojokertopun telah dikalahkannya," "Perguruan mana yang menjadi tulang punggungnya, Ki Tumenggung Wirabaya ?" Nampak Ki Tumenggung diam sejenak mendengar pertanyaan itu, segera diingatnya nama sebuah perguruan yang telah disebutkan oleh telik sandi Mataram itu. "Mereka menyebutnya Perguruan Kalisat yang di pimpin oleh seorang empu yang bernama Empu Ijen, Ki Patih" Ki Patih Mandaraka tampak terdiam, dicobanya untuk mengenal dan menyusuri pengetahuannya tentang daerah timur tetapi belum pernah didengarnya nama perguruan yang seperti diceritakan oleh ki Tumenggung itu Wirabaya itu. "Baiklah Ki Tumenggung, pembicaraan kita hari ini sudah cukup, aku minta tolong padamu, mampirlah ke Sanggar Bedoyo, katakanlah ke pada Pangeran Pringgoloyo bahwa besok wayah temawon aku menunggunya di Kepatihan." "Baiklah Ki Patih, perkenankan hamba mohon diri" selesai mengaturkan sembah maka Tumenggung Wirabayapun bergeser dan melangkah meninggalkan kepatihan. Sepeninggal Tumenggung Wirabaya, Ki Patih Mandaraka tampak termenung, pikirannya telah melayang kesegala sudut kota raja," Apakah bakal terjadi ontran – ontran di tanah Mataram ini ?" Ki Patihpun segera teringat kepada sahabatnya, Ki Waskita. Dingatnya saat perang tanding antara Ki Rangga dan Pangeran Jayaraga saat itu Ki Waskita telah mengeluh" Apa yang akan terjadi di tanah ini ?" "Hem.. aku akan datang menemui Ki Waskita" gumamnya lirih. Dengan wajah sedih Ki Patihpun segera berdiri dan berjalan menuju gandok apitan, seorang abdi dalem segera menyembah dan mempersilahkannya. Segera Ki Patih Mandaraka masuk dan duduk memandang kesebuah tirai berwarna kuning keemasan. Hatinya bergetar sesaat, segera ia berdiri dan dibukanya tirai itu, nampak sebuah peti besar yang terbuat dari kayu jati berukiran sangat halus tergolek disana, dengan sangat berhati hati dibukanya peti itu perlahan dan diambilnya sesuatu di dalam peti itu. "Apakah sudah saatnya aku mempergunakan pusaka ini kembali" gumam Ki Juru perlahan. Kekhawatirannya terhadap kelangsungan Trah Mataram telah membuatnya menyentuh benda pusaka itu lagi. Keris pusaka Kanjeng kyai Kalam Bumi, sebuah keris dengan luk tiga belas pemberian Kedaton Giri telah kembali di diselipkan pada pinggangnya, Sebuah pusaka yang diterimanya dari Sunan Giri dan pusaka itu telah menemani hampir sepanjang perjalanan hidupnya, meskipun selapis di bawah pusaka Kala Munyeng Sunan Giri tetapi pusaka itu terasa mempunyai pamor dan perbawa yang luar biasa bagi pemiliknya, segeralah pusaka itu menyatu dalam jiwa dan raganya. Pusaka itulah yang menemaninya, bersama Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi menghadapi Raden Aryo Penangsang dan pasukannya dari Jipang kala itu. Seorang Pangeran dengan Kyai Brongot Setan Kober ditangannya, pusaka ampuh pemberian Sunan Kudus. "Semoga aku tidak mempergunakannya lagi" doanya dalam hati. Setelah mengatakan sesuatu kepada abdi dalem yang menjaga ruangan itu, segera Ki Patih bergegas menuju gandok wetan dan menemui seseorang. "Ki Sumokraton, aku memerlukan bantuanmu, malam ini pergilah ke Tanah Perdikan Menoreh dengan dua pengawal kepercayaanmu, menghadaplah kepada Ki Gede Menoreh dan sampaikan salamku, setelah itu sampaikan bahwa besok sore aku akan berkunjung ke Menoreh dan sampaikan juga aku memerlukan Ki Waskita hadir ," berkata ki Patih kepada orang kepercayaannya itu. Tampak Ki Sumokraton mendengarkan secara seksama semua permintaan Ki Patih Mandaraka, segera ia berucap," Ki Patih, apakah ada hal lain yang akan hamba sampaikan kepada Ki Gede Menoreh ?" "Tidak Ki cukup itu saja, aku akan singgah ke barak pasukan khusus yang ada di Menoreh sebelum aku ke padukuhan induk ." jawab Ki Patih. "Hamba mohon diri Ki Patih" Segera Ki Sumokraton bergeser dan meninggalkan gandok wetan. Ki Juru Mertani segera melangkahkan kakinya menuju biliknya, setelah menyimpan rapi keris pusakanya maka kakinya segera melangkah ke luar dari Kepatihan menuju masjid di lingkungan istana untuk menunaikan kewajibannya. Malampun telah tiba dan bulanpun telah menjalankan tugasnya menerangi bumi Mataram Sementara itu di padepokan orang bercambuk Jati Anom, suasana kegembiraan serasa membekap jantung semua penghuninya, semua cantrik dengan wajah berseri selalu berada di sekitar Glagah Putih dan Rara Wulan, bahkan teman semasa kecilpun telah berdatangan. Perasaan Ki Widura serasa mengambang di awan, kehadiran putra satu – satunya itu beserta menantunya sangat membesarkan hatinya. Rara Wulan merasakan ketenangan dan kenyamanan hidup yang sepertinya belum pernah ia rasakan. Siang hari pasangan muda itu terlihat menerima tamu – tamu sekitar padepokan dan malam harinya bersama Ki Widura telah masuk sanggar untuk menempa para cantrik padepokan itu. Saat tengah malam, didalam sanggar tersisa Ki Widura dan sepasang suami istri, mereka telah membicarakan sesuatu. "Glagah Putih dan Rara Wulan, ketahuilah bahwa aku sudah mengetahui terlebih dahulu tentang kembalinya orang tua yang sangat kita hormati itu" Ki Widura mulai berbicara setelah mendengar cerita yang panjang dari anaknya. Keheranan telah hinggap di benak pasangan muda itu, mereka terus memperhatikan perkataan ayahnya itu. Ki Widura berhenti sejenak, segera menarik nafas dalam – dalam, kemudian katanya," Sebelum pergi ke Menoreh, Kyai Gringsing ternyata telah datang ke padepokan ini, bahkan sempat pula orang tua yang baik hati itu memberi petunjuk kepadaku tentang olah kanuragan," "Apa maksudnya, ayah ?" tanya Glagah Putih. "Kedatangan seseorang sangat aneh pada saat itu, Kyai Gringsing hadir sama persis seperti saat datang ke Sangkal Putung untuk menemuiku kala itu," desis Ki Widura, seraya mengingat kejadian demi kejadian saat pasukan Tohpati menyerang Sangkal Putung. "Bagaimana kejadiannya, ayah ?" Rasa ingin tahu telah mendesaknya bertanya kepada ayahnya. "Saat menjelang wayah sepi bocah, di pancingnya ayahmu yang sudah tua ini untuk keluar dari padepokan pergi kesuatu tempat yang tidak banyak dikunjungi orang, hutan kecil di selatan Jati Anom ini" Ki Widura berhenti sejenak, dikenangnya peristiwa yang terjadi beberapa saat yang lalu itu dan Glagah Putih serta Rara Wulan terasa seakan menyaksikan peristiwa itu. Ki Widura dengan kaki renggang telah mengadap orang bertopeng dan berjubah lurik itu, perasaan aneh telah berkecamuk didadanya. "Kenapa kau selalu mengikuti ku Ki Widura, bukankah aku tidak mempunyai persoalan apapun dengan padepokanmu ?" tanya orang bertopeng itu. KI Widura menarik nafas dalam – dalam, lalu katanya," Kenapa kisanak memberi isyarat kepadaku, isyarat yang tidak wajar dan hanya di pahami oleh orang orang padepokan kami ?" Mendengan perkataan Ki Widura, meledaklah tawa orang bertopeng itu, "Ki Widura, umurmu sudah tua tetapi pengetahuanmu masih saja terlalu dangkal, apakah yang kau ketahui tentang isyarat itu, he ?" Ki Widura tampak mengatupkan bibirnya rapat – rapat menahan gejolak didadanya, kecurigaannya semakin besar, takkala mendengar orang bertopeng itu berkata," Isyarat itu sebenarnya aku tujukan kepada Untara, bukan kepadamu, aku menduga bahwa Untara ada di padepokan saat itu, dengan menerima isyaratku maka Untara akan mengerti musuh bebuyutannya telah datang dan akan menagih janji kepadanya" Suara tertawa yang sangat aneh telah terdengar lagi, menebar menggelitik bunga – bunga liar yang tumbuh dihutan kecil itu. "Sudahlah kisanak, aku semakin tidak mengerti apa yang kau ucapkan, marilah kita duduk dan istirahat dipadepokan, sementara cantrikku akan memanggil angger Untara seperti yang kau kehendaki" kata Ki Widura dengan nada berat. "Tetapi jika kau tidak mau maka aku akan memaksamu." Terdengar orang bertopeng itu menggeram dan dengus nafasnya terdengar memburu," Baiklah Ki Widura aku terpaksa akan melawanmu jika kau masih ingin menangkapku, yakinlah bahwa hanya Untara yang bisa melawanku, ilmumu masih terlalu dangkal untuk menantangku," "Jangan meremehkan aku kisanak, apakah kau merasa mempunyai ilmu sundul langit sehingga kau berani meremehkan aku ?" kata Ki suara sedikit bergetar. "Ilmumu masih di bawah Untara, apalagi jika dibandingkan dengan adik Untara yang ada di Menoreh itu" katanya mengejek. Mendengar dan merasa selalu disudutkan dan diremehkan maka semakin lama Ki Widura semakin tak bisa menahan dirinya lagi dan orang bertopeng itu telah menyebut beberapa anggota keluarganya" Hem..Apakah memang orang ini mengusung dendam pada keluarga Ki Sadewa, orang ini tentu mempunyai ilmu tinggi tetapi siapakah orang ini ?" Ejekan dan segala perkataan yang merendahkan dirinya terus meluncur deras dari balik topeng itu, yang pada akhirnya Ki Widura telah kehilangan kesabarannya. "Menyerahlah kisanak ! Hem .. sekali lagi aku menawarkan padamu, marilah singgah dipadepokanku , jika kau menolak maka aku akan segera menangkapmu, melawan atau tidak melawan" Sekali lagi orang bertopeng itu tertawa sampai tubuhnya terguncang, katanya," aku akan melawan saja, tetapi jangan salahkan aku jika nanti tubuhmu babak belur Widura" Tiba – tiba dan tanpa aba – aba orang bertopeng itu secepat tatit telah meloncat menyerang Ki Widura, sebuah tendangan mengarah ke ulu hati, menanggapi serangan itu Ki Widura dengan tangkasnya telah bergerak kesamping dan memukul kaki lawannya itu., sebuah benturan kecil terjadi dan tak menggoyahkan keduanya. Segera orang bertopeng merendah melancarkan serangan dengan jurus sapuan, tubuhnya berputar seperti gangsingan mengempur kuda – kuda ki Widura, tak membiarkan dirinya terjungkal maka segera Ki Widura melenting dengan cepat dan tangannya terjulur menggapai kening lawannya. Orang bertopeng itu terdengar menggeram melihat kelincahan lawannya, tiba – tiba dengan satu gerakan yang rumit orang bertopeng itu menghindari sentuhan tangan Ki Widura dan sekaligus membalasnya dengan telapak tangan terbuka., sebuah pukulan telah menghantam pundak bagian belakang, terasa dorongan sangat besar dan menyakitkan menerpa tubuh Ki Widura. "Nah .. aku sudah mengenaimu Widura, sekarang apa katamu ? Ilmumu belum sekuku irengnya Agung Sedayu, keponakanmu itu" suara tertawa menggema orang bertopeng itu terdengar sekali lagi. Ki Widura tidak menjawab, matanya memandang tajam kearah orang bertopeng itu, segera ditingkatkan ilmunya, tenaga cadangan telah dihimpun dan dikerahkannya meskipun belum sampai puncaknya. Keduanya kembali terlibat dalam pertempuran yang cukup sengit, bayangan tubuh orang bertopeng itupun semakin jarang menyentuh tanah sedangkan Ki Widurapun terus memburunya seakan tak mau melepaskan bayangan itu. Sebuah pukulan tangan kanan yang didorong oleh tenaga cadangan yang besar telah mendarat didada orang bertopeng itu, tetapi alangkah terkejutnya Ki Widura melihat akibat pukulannya, orang bertopeng itu seolah tak merasakan apa-apa, bahkan masih terdengar suara tertawanya yang aneh. "Hem .. aku tak menyangka Widura kau dapat bergerak secepat itu, tetapi sayangnya pukulanmu seperti pukulan anak kecil yang baru belajar olah kanuragan" Darah Ki Widura seakan menggelegak mendengar kata – kata itu, diperhatikan lawannya yang tengah mondar – mandir itu. "Baiklah ki sanak, aku akan segera mengerahkan kemampuanku yang sebenarnya dan aku tidak akan ragu – ragu lagi, jangan salahkan aku jika kau merasakan akibatnya." Tanpa menunggu jawaban orang bertopeng itu, segera Ki Widura meloncat menerjang serta melibat lawannnya dalam sebuah pertempuran yang rumit, gerakannya semakin ringan dan pukulannya pun semakin mantap dan berat bahkan terasa udara dingin telah mengiringi gerakannnya, orang bertopeng itu terkejut saat melihat perubahan tata gerak lawannya, tetapi dia masih belum kehilangan akalnya, dengan lincahnya ia berkelebat cepat, seakan tubuhnya tidak berbobot. "Widura mana ajianmu, kalau hanya mengandalkan gerakan dengan ilmu meringakan tubuh saja tentu kau akan segera menemui kesulitan" teriak orang bertopeng itu. "Aku tidak ingin membunuhmu kisanak, aku hanya ingin menangkapmu" jawab Ki Widura sampil menyerang lawannya. Pertempuran telah meningkat semakin cepat, sangatlah mengherankan, semakin meningkatkan ilmunya Ki Widura merasa semakin ada jarak antara ilmunya dan ilmu orang bertopeng itu, sampai satu ketika sebuah pukulan telah mengguncang dada Ki Widura. Dan pukulan itu telah melebihi dari daya tahannya, Ki Widura telah terdorong tiga langkah surut. "Kau ceroboh Widura, pertahananmu semakin terbuka bila kau terlalu bernafsu untuk menyerang, kedua - duanya harus seimbang" terdengar celoteh orang bertopeng itu. "Apakah kau mempunyai ilmu lain selain kecepatan gerak, Ki Widura ?" Warna merah telah merambat ke wajah tua Ki Widura, selama ini belum pernah ada orang yang bertempur melawannya setangguh orang bertopeng itu, dengan terpaksa diungkapkannya satu persatu ilmunya, pertama yang diungkapnnya adalah ilmu pertahanannya, sebuah ilmu kebal yang dipelajari dari kitab kakaknya Sadewa, kitab perguruan Jati Laksana – Lembu Sekilan. Perubahan tata gerakpun segera terjadi, Ki Widura dengan mantap telah menyerang lawannya, benturan dengan lawannya seolah tak dirasakannya, bagai orang kesurupan paman Agung Sedayu itu telah meyerang lawannya, bahkan ditangannya telah tersalur ajian Lebur Seketi meskipun belum pada puncaknya, sekilas terlihat orang bertopeng itu terdesak surut beberapa langkah," He ! Widura, apakah kau benar – benar ingin membunuhku" teriak orang bertopeng itu sambil menghindar. Ki Widura tidak segera menjawab, serangannya menjadi semakin rumit dan cepat, kemanapun lawannya bergerak selalu diikutinya, keyakinannya terhadap ilmu lembu sekilan yang tidak akan tertembus oleh serangan lawannya benar –benar membuat Ki Widura semakin leluasa bergerak, ayah Glagah Putihpun merasa semakin yakin akan segera dapat mengalahkan lawannya, dalam kekalutan menghadapi serangan Ki Widura , tiba – tiba orang bertopeng itu melontarkan dirinya kebelakang, seolah mencari kesempatan untuk menarik nafas, dia berdiri membelakangi pohon mahoni. "Apakah kau menyerah kisanak ?" tanya ki Widura yang telah menghentikan serangannya itu. Terdengar orang bertopeng itu tertawa perlahan dan disela –sela tertawanya, dia berujar," Ada apa dengan kau Widura ? Apakah kau sudah mengalahkanku ? Ketahuilah, kalaupun aku meloncat mudur bukan berarti aku menyerah, aku justru memberimu kesempatan untuk bernafas sebab sangat tidak pantas apabila aku bertempur dengan orang yang nafasnya hampir terputus," Tampak kerut didahi Ki Widura semakin dalam, tak disangkanya hari ini dia bertempur melawan orang yang sangat aneh. "Ki Widura, apakah kau menyadari kebenaran dari ucapanku itu ?" Darah Ki Widura benar – benar mendidih, mulutnya menjadi kelu, sekejap kemudian bagaikan terbang Ki Widura telah meloncat kearah lawannya yang berdiri tegak itu, kedua tangannya mengembang dan terasa telah bergetar hebat dan sesaat lagi pasti membentur dada lawannya. Orang bertopeng itu menyadari dengan segala ucapannya, dia terus membangkitkan kemarahan Ki Widura, usahanyapun telah berhasil dan kini ia tengah menanti pukulan dari orang padepokan bercambuk itu. Kurang sejengkal dari dadanya, tiba – tiba orang bertopeng itu telah bergerak, sebuah gerakan yang tidak kasat mata, ia telah berpindah tempat. Datanglah pukulan yang dahyat itu, menerpa pohon mahoni yang berdiri tegak perkasa, akibatnya pohon mahoni bagaikan terguncang hebat, daun – daun yang telah menguning, dahan yang telah lapukpun segera berguguran dan jatuh ketanah, terlihat jelas bekas sentuhan tangan Ki Widura itu, kulit pohon mahoni yang besar itu telah terkelupas dan bekas kehitaman telapak tangan telah menempel di pokok pohon itu. "Luar biasa, Widura" desis orang bertopeng itu. "Bagaimana akibatnya bila menyentuh dadaku ?" dan sekali lagi terdengar suara tertawa kecil keluar dari balik topeng itu. Sementara itu Ki Widura bagaikan orang kehilangan akal, merasa serangannya gagal maka diapun segera menyiapkan serangan berikutnya. Sebuah gerakan cepat segera memburu dan melibat lawannya, gerakan yang dilandasi ilmu perguruan Windujati benar – benar telah diterapkannya. Desir angin yang kuat serta udara yang dingin telah mengiringi serangan Ki Widura. Orang bertopeng itupun segera meningkatkan ilmunya, dia tidak lagi banyak bicara, dia tidak mau tersentuh tangan lawannya. Tanah di hutan kecil itu segera teraduk – aduk dan rumput ilalang segera berserak tercabut dari akarnya, dua bayangan nampak berputar – putar dan saling menyerang, tubuh mereka seolah telang mengapung diudara, sangat sulit bagi mata telanjang untuk mengikuti pertempuran itu. Satu Kejadian berikutnya benar – benar mencengkam benak dan dada Ki Widura, Ilmu Lembu Sekilan yang telah diterapkan sampai puncaknya itu telah dapat di tembus olah lawannya. Sekali lagi sebuah sentuhan dengan ibu jari telah meraba keningnya dan memecahkan ilmu kebalnya, terasa seolah bumi bagai perputar dan awanpun runtuh menimpa tubuhnya, paman Agung Sedayu itu telah terpelating dan tubuhnya bagai terlempar dan telah jatuh berguling – guling. "Lembu sekilan yang jelek Ki Widura" ejek orang bertopeng itu. "Bagaimana akibatnya jika aku menggunakan sepenuh kekuatan, tentu tubuhmu akan hancur Ki Widura, mengapa kau tidak mempergunakan ilmu pertahanan yang telah diwariskan oleh gurumu ? Mengapa tidak kau pergunakan aji Bayu Lampah atau memang kau belum menguasainya ?" Ki Widura benar - benar tercengang, seolah kehabisan akal, tanpa sadar tangannya telah meraba sesuatu yang membelit dilambungnya. Selesai bicara, tanpa menunggu Ki Widura memperbaiki keadaannya, secepat tatit diudara, orang bertopeng itu bagaikan terbang dengan tangan mengembang dan jari – jarinya telah merapat, laksana burung rajawali menyambar mangsanya dan turun dengan derasnya, tangan kanannya mengepal telah menghantam pokok pohon mahoni disamping Ki Widura berdiri, bukan main akibatnya, terlihat pohon itu tidak berguncang sedikitpun, pohon mahoni itu tidak terbakar dan masih tetap tegak berdiri dengan kokohnya. Mata Ki Widura bagaikan terbelalak menyaksikan akibat pukulan itu, ternyata pada batang mahoni yang besar itu telah berlubang sebesar kepala kerbau, dari sisi satu telah menembus ke sisi yang lainnya. "Lihatlah Widura, bagaimana jika pukulan itu menerpa tubuhmu, meskipun lembu sekilanmu rangkap tiga aku masih yakin dapat menembusnya ?" terdengar orang bertopeng itu berkata perlahan. Kepalanya menjadi semakin pening dan nalarnya semakin kabur, menyaksikan kemampuan lawannya. "Apakah angger Untara dan angger Agung Sedayu sanggup menghadapi orang ini ?" pikiran itu terlintas di benaknya," Bagaimana mungkin orang bertopeng itu mengetahui seluk beluk ilmunya ?" Pertanyaan telah membelit otaknya yang tidak segera ditemukan jawabnya. "Ki Widura, apakah kau membawa senjata ? Pinjamkan cambukmu padaku, jangan takut aku tak berniat menyakitimu apalagi membunuhmu" Keraguan yang sangat telah mencengkam dadanya, ilmu orang bertopeng itu jauh diatas awan baginya, bagaimanapun tentu sangat mudah bagi orang tiu untuk membunuhnya, senjata tak akan diperlukannya untuk menghabisi seorang Widura. Perasaan aneh telah berkecamuk didadanya, sementara itu terdengar orang bertopeng itu berkata," Baiklah Ki Widura aku tak akan meminjam senjatamu, aku akan mencari penggantinya saja." "Widura, lihatlah batu hitam itu !" Selesai bicara, dengan sedikit ancang –ancang orang bertopeng itu telah meloncat tinggi, dengan cepat tangannya menghentak sulur pepohonan hingga terputus, dan sekali menjejak tanah orang bertopeng itu telah melenting, sulur pepohonan itu telah berputar diatas kepalanya, suara desing dan terpaan angin dingin telah menyakiti dada Ki Widura, sesaat kemudian sulur pepohonan itu telah disentakannya, sekejap sinar hijau kebiruan telah menerpa batu hitam sebesar sapi lanang itu, tidak ada ledakan dan tidak ada debu yang berhamburan, ternyata batu hitam itu telah berubah warna menjadi keputihan. Bagaikan orang yang telah tertidur panjang dengan mimpi yang sangat menyeramkan, Ki Widura telah terduduk membeku. "Ki Widura datanglah ke batu hitam itu, lihatlah apa yang terjadi, mungkin suatu saat akan menarik perhatianmu." kata orang bertopeng itu perlahan. Seperti kena ilmu sihir sekaligus ilmu gendam maka Ki Widurapun segera berjalan menuju batu hitam yang telah berubah warna itu. beberapa langkah ayah Glagah Putih itu berhenti dan diamatinya batu putih itu, dengan menahan nafas, perlahan – lahan dan gemetar digerakan tanganya menyentuh batu itu," Subhanalloh" batu itu telah berubah menjadi es dan segera mencair membasahi tanah. Sebuah kedahsyatan ilmu yang belum pernah di bayangkannya, beberapa saat dia bagai membeku menatap batu es itu dan dirabanya kembali, seolah tak percaya. Sebongkah kekaguman telah merayapi hatinya, tidak beberapa lama Ki Widurapun berdiri dan membalikkan badannya, alangkah terkejutnya, ternyata orang bertopeng itu telah menghilang. Ki Widura menarik nafas dalam – dalam, kedua belah tangannyapun telah bergerak menutup mukanya dan kemudian bergeser kebawah, sebuah aura kesegaran nampak diwajahnya yang telah menua itu. "Seperti itulah kejadiannya anakku," terdengar ki Widura berdesis. "Tetapi bagaimana ayah bisa memastikan bahwa orang bertopeng itu adalah Kyai Gringsing ?" tanya Rara Wulan. "Kyai Grinsing telah masuk di sanggar ini anakku, dan telah duduk ditempatmu itu Glagah Putih, orang tua itu terlihat sedang menunggu kedatanganku" jelas Ki Widura. "Guru sepuh itu telah bercerita banyak kepadaku sebelum menemui kalian di Menoreh" sambungnya. "Ayah memanggilanya sebagai guru sepuh, siapakah guru mudanya ?" Rara Wulanpun segera bertanya. Glagah Putih tak dapat menahan tawanya mendengar pertanyaan yang menggelikan itu. "Rara, siapa guru muda itu menurutmu" tanya Galagah Putih. "Kakang Agung Sedayu" jawab Rara Wulan pasti. "Nah ..kalau sudah tahu, kenapa kau tanyakan ?" kata suaminya sembari tersenyum, "Kakang benar, kenapa aku tanyakan ya ?" katanya perlahan sambil menahan senyumnya. Melihat keduanya, hati Ki Widura terasa tentram seperti tersiram air padasan. "Glagah Putih dan Rara Wulan sebelum pergipun, guru sepuh telah memberiku satu perkataan yang harus selalu kupikirkan," Ki Widura, kehebatan seseorang itu sama sekali bukan terlihat dari berapa banyak harta benda yang ia kumpulkan, bukan pula dari berapa tinggi kesaktian yang ia tunjukkan, sebenarnyalah kehebatan seseorang itu akan terlihat saat dia bisa menerima dan melihat indahnya suatu perbedaan, harta, derajat dan pangkat hanyalah sebuah titipan yang sangat tidak patut untuk dipamerkan, tiada kuasa manusia yang akan melebihi KuasaNYA," Glagah Putih dan Rara Wulan tampak tertunduk, mereka meresapi apa yang telah disampaikan oleh Kyai Grinsing dengan lantaran ayahnya, keduanya mencoba mengurai makna di balik perkataan itu. "Anakku berdua, tidak mudah mencerna nasehat mulia itu, masih banyak diantara kita yang telah berbuat sebaliknya" Ki Widura terdiam sejenak, lanjutnya," Diperlukan tekad yang besar dalam diri kita untuk memulai menekan hawa nafsu yang sering meledak - ledak ini, kesadaran akan keberadaan kita sebagai manusia, itu dulu yang harus dipahami" "Kesadaran kita sebagai manusia" kalimat itu terngiang di benak kedua anak muda itu, "Apa maknanya ayah ?" tanya Glagah Putih. Ki Widura tidak segera menjawab, diingatnya kelanjutan perkataan guru sepuh sebelum meninggalkan padepokan itu, seolah telah terngiang kembali semua perkataan itu. " Manusia itu adalahciptaanNya yang paling sempurna Ki Widura, diberiNya akal dan pikiran, diberiNya semua kelengkapan untuk hidupnya dan diberikanNya pula semua kebutuhan hidupnya, tetapi sangat sedikit diantara kita yang mengerti, bagaimana seharusnya mempergunakan semua pemberianNya itu." "Ki Widura, bukankan kita yang menerima ini juga harus memberi dan sebaliknya, bukankah kita yang dilayani ini juga harus melayani, bukankah kita ini mempunyai rasa kebaikan, rasa kasih sayang dan rasa menghormati serta masih banyak rasa manusiawi lainya di muka bumi ini, tetapi ku mohon padamu Ki Widura, segeralah mengerti, bahwa ada satu kata yang bisa mewakili penampakan wadag dan rohani kita yaitu kata syukur, selalu bersyukurlah pada Sang Pencipta, percayalah tiada kejelekan atau keburukan yang akan diberikan kepada kita olehNya." Ketiga semakin hanyut oleh perkataan orang tua yang sangat mereka hormati itu. "Sudahlah anakku, beristirahatlah, mumpung masih sempat, sebentar lagi sudah menjelang pagi, bukaknkah nanti kedua saudaramu dari Sangkal putung akan kemari dan kalian akan melanjutkan perjalanan ke Menoreh" kata Ki Widura menyadarkan mereka. "Kakangmu Untara juga sudah memberi bekal kepada kalian yang sudah aku simpan, rupanya kakangmu Untara terlupa saat kau datang kerumahnya saat itu, dan sebelum kau pergi sebaiknya kau melihat ke makam ibumu, doakanlah ibumu supaya mendapat tempat yang baik di sisiNya."
\n mendung di lereng merapi 7
Hariini, Kamis (26/10/2017), letusan dahsyat Gunung Merapi yang menewaskan juru kunci Mbah Maridjan, sudah berlalu tujuh tahun.
- Ribuan pecinta mobil unik yang tergabung dalam komunitas berjuluk Suzuki Carry Club Indonesia SCCI se Nusantara menyerbu Skadik Wara 401 dilereng Merapi Sabtu-Minggu 3-4/06. Anggota SCCI itu meluruk Skadik bukan untuk menyerang Skadron Pendidikan Wanita Angkatan Udara 401, melainkan datang dalam rangka Jambore Nasional Perdana SCCI. Nunung, Ketua SCCI Regional DIY menyampaikan tidak kurang keluarga dan anggota SCCI se Indonesia hadir dalam acara Jambore Nasional yang sempat tertunda akibat Covid-19. “iya sedikitnya anggota dan keluarga SCCI se Indonesia hadir dalam acara Jamnas kemarin” jelasnya. Kehadiran anggota SCCI dalam acara Jamnas Perdananya belum mencapai 100% dari seluruh anggotanya. Namun Nunung yang didampingi Faiz Hilmi Ketua Panitia Jamnas, bersyukur agenda yang tertunda itu berjalan lancar, aman dan sukses. “Kami bersyukur acara sukses dan berterima kasih khususnya kepada pihak Skadik Wara 401, yang memberikan ijin sebagai lokasi Jamnas SCCI” jelasnya. Faiz Hilmi, ketua Panitia Jamnas menambahkan setidaknya 10 Regional setingkat Propinsi ditambah DIY selaku tuan rumah hadir di lereng Gunung Merapi sejak Jumat hingga puncak acara hari Minggu 4/06. “Jamnas kemarin terkonfirmasi kehadiran sekitar unit kendaraan dan orang dari Sumbar, Jambi, Riau, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan DIY selaku tuan rumah, bahkan member dari Bulukumba Sulawesi Selatan hadir” imbuh Faiz. Kami selaku tuan rumah sempat gusar dengan acara Jamnas yang tertunda kurang lebih 3 tahun akibat Covid-19. “Sebulan menjelang Jamnas, Indonesia terimbas Pandemi Covid-19, acara yang telah tersusun rapi terpaksa ditunda karena situasi dan Pengurus Pusat SCCI mengeluarkan surat penundaan hingga situasi memungkinkan” terang Hilmi. Baca Juga 31 Medali Emas Para-tenis Meja Dipersembahkan untuk Mendiang David Jacobs Saat itu terkonfirmasi yang sekitar unit lebih armada anggota SCCI siap hadir. “terkonfirmasi lebih unit armada, itu rencana awal Jamnas sekitar April 2020”imbuhnya. Hal itu yang sempat membuat sedikit resah Panitia Jamnas I SCCI berkaitan kehadiran anggotanya dari berbagai Propinsi yang ada di Indonesia. Namun keresahan itu terjawab dengan suksesnya gelaran Jamnas di lokasi Skadik 401 Warga di Lereng Merapi, Kabupaten Sleman. Sementara Agus Bramantyo, selaku Ketua Umum SCCI Nasional membenarkan keresahan seluruh anggotanya yang sangat antusia atas penyelenggaraan Jamnas. “Jamnas merupakan moment yang ditunggu-tunggu oleh tiap anggota pada semua club’ maupun komunitas yang lain, hal itu juga kami rasakan”jelas Om Brams sapaan Ketua Umum SCCI itu. Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mensupport kegiatan Jamnas SCCI. “Khususnya Komandan Skadik 401 Wara yang memberikan ijin lokasi kegiatan kami, pihak PT SIS Suzuki Indomobil Sales sebagai rekan kerja kita, Oli BM1, Gudang Garam dan juga pihak lain yang tidak bisa kami sebut satu persatu atas kesuksesan acara kami” jelas Om Brams. Komunitas Suzuki Carry Club’ Indonesia SCCI se Nusantara menyerbu Skadik Wara 401 dilereng Merapi dalam rangka Jambore Nasional Perdana SCCI Sabtu-Minggu 3-4/06. Istimewa Jamnas ini terbilang unik dan sukses dengan kehadiran armada Suzuki Carry keluaran pertama dan terbaru hadir, bahkan unit carry dari wilayah terjauh yakni Payakumbuh Sumatera Barat. Haridendi, Sekjen SCCI Pusat membenarkan kehadiran rombongan anggota terjauh dari Payakumbuh Sumatera Barat. “Mereka melakukan perjalanan selama 3 hari 3 malam untuk hadir di Jamnas, disamping itu Panitia juga menggandeng UMKM baik dari anggota juga masyarakat sekitar, juga terdapat pertunjukan seni jatilan”. Kaliurangmerupakan sebuah kawasan di lereng gunung Merapi dan merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi, berada di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Masih termasuk siang suasana sedikit mendung tetapi tidak hujan. Wahana untuk bermain sudah lebih lengkap dari pada kunjungan kami sekitar 10 tahun yang lalu, waktu

Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 merupakan fenomena alam yang terjadi di daerah lereng Merapi, tepatnya di Bumbung 7. Fenomena ini terjadi ketika awan mendung menutupi puncak Merapi dan menyebar ke bawah hingga menutupi bagian lereng Merapi. Penyebab Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 Penyebab utama terjadinya mendung di lereng Merapi Bumbung 7 adalah adanya perbedaan suhu di daerah tersebut. Suhu yang lebih dingin di puncak Merapi menyebabkan uap air dari awan mendung mengalami kondensasi dan membentuk butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini kemudian turun ke bawah dan menutupi daerah lereng Merapi. Selain itu, faktor lain seperti kelembaban udara dan tekanan udara juga mempengaruhi terjadinya fenomena ini. Keindahan Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 Meskipun terjadi karena faktor alam, mendung di lereng Merapi Bumbung 7 memberikan keindahan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Awan mendung yang menutupi daerah tersebut memberikan kesan mistis dan dramatis, terutama saat terlihat dari kejauhan. Selain itu, fenomena ini juga sering dijadikan sebagai objek fotografi oleh para pecinta alam dan fotografi. Tips Berkunjung ke Lereng Merapi Bumbung 7 saat Mendung Jika Anda ingin berkunjung ke daerah lereng Merapi Bumbung 7 saat terjadi mendung, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan Anda membawa perlengkapan yang memadai seperti jas hujan atau payung karena cuaca di daerah tersebut sangat tidak menentu. Kedua, hindari melakukan aktivitas yang berbahaya seperti mendaki puncak Merapi karena kondisi lereng yang licin dan rawan longsor. Terakhir, jangan lupa untuk mengabadikan momen indah tersebut dengan kamera atau smartphone Anda. Kesimpulan Mendung di lereng Merapi Bumbung 7 merupakan fenomena alam yang terjadi akibat perbedaan suhu dan faktor lain seperti kelembaban dan tekanan udara. Meskipun terjadi secara alami, fenomena ini memberikan keindahan tersendiri dan sering dijadikan sebagai objek fotografi. Jika ingin berkunjung ke daerah tersebut saat terjadi mendung, pastikan Anda membawa perlengkapan yang memadai dan menghindari aktivitas berbahaya seperti mendaki puncak Merapi. 2020-05-26

\n\n \nmendung di lereng merapi 7
BREAKINGNEWS : Siang Ini Merapi Meletus Sangat Besar, Warga di Cangkringan Waswas Gunung Merapi (2.930 mdpl) meletus besar Rabu (27/1/2021) siang, sekitar pukul 13.45 WIB. Kolom raksasa abu vulkanik membubung dari puncak, bisa dilihat secara jelas dari sekitar kawasan Cangkringan, Sleman, DIY. Sebagian warga waswas dan degdegan menyaksikan letusan besar yang diawali rentetan luncuran awan panas s
Hinggasampailah kami di Objek Wisata Alam Nirmolo Kaliurang.Awal pemikiran, saya ingin sekali mengunjungi lereng Merapi, namun ternyata itu masih jauh dari tempat kami berada. Objek Wisata Alam Nirmolo termasuk dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.Siang itu langit berawan dan cenderung gelap.
Gunungapi teraktif di dunia ini Kamis (7/1) dua kali memuntahkan awan panas. Namun tinggi kolom pada dua luncuran awan panas yang oleh masyarakat lereng Merapi juga sering disebut wedhus gembel itu, tidak bisa teramati lantaran cuaca di sekitar Merapi mendung dan hujan. Hanik juga menjelaskan status Merapi saat ini masih siaga atau level III.
Melihatpuncak Gunung Merapi di Bukit Klangon, berkemah di bawah lereng Gunung Merapi. Travel Story. 144. 4. 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. David Rino Pratama. Seketika pudar senyum gembira diwajah saya, terik mentari yang bersinar terang seolah mendung seketika.. Lyfe. 247. 4. 1 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Kevin Aditya Putra.
Karenasuhu udara di Lereng Merapi sangatlah dingin sebab berada di ketinggian atau area pegunungan Merapi. Karena biasanya, sore hari area Merapi bisa tiba-tiba mendung dan mengalami hujan lokal. 2. Hindari Saat Cuaca Cerah Tidak Mendung. Tips aman naik jeep yang kedua adalah mengenai cuaca. Jika cuaca terlihat sangat cerah dan tidak Cuaca mendung, hujan, dan berkabut, estimasi jarak luncur 1.800 meter ke arah barat daya," ucapnya. Disampaikan Hanik, pihaknya juga mencatat dalam periode ini juga tengah terjadi hujan di puncak Merapi. Hujan pada hari ini tercatat dimulai sejak pukul 10.56 WIB siang tadi dengan total curah hujan 9 mm. "Saat ini hujan masih berlangsung. .